Archives July 2024

31 Tahun Dompet Dhuafa : Kado Terindah dari Umat, untuk Umat

Beberapa waktu lalu, pada malam tahun baru Islam 1446 Hijriah, masjid di perumahan tempat tinggal saya menyelenggarakan sebuah acara pemberian santunan kepada anak-anak yatim/piatu yang berada dan tinggal di desa setempat. Ada belasan anak yatim/piatu yang diundang datang ke acara tersebut, khususnya mereka yang berasal dari kelompok ekonomi keluarga kurang mampu.

Saya melihat senyum sumringah yang merekah dari setiap wajah anak-anak yatim/piatu yang hadir malam itu. Sejenak saya termenung sekiranya tidak ada masjid disana, atau tatkala tidak ada donatur maupun dermawan yang berkenan menyisihkan sebagian rezeki mereka, barangkali senyuman itu tidak akan tersungging di depan mata kami semua.

Acara pembagian santunan untuk anak yatim/piatu di Masjid An-Nuqtoh Perum TCI (Perumahan Tempat Tinggal Saya) | Sumber gambar : dokumentasi pribadi

Winston Churchill pernah berkata, “We make a living by what we get. We make a life by what we give.” . “Kita hidup dari apa yang kita dapatkan, namun kita menciptakan kehidupan bermakna dari apa yang kita berikan.”

Dengan kata lain, para dermawan berbagi untuk menjadikan hidup mereka lebih bermakna. Bukan karena ingin pamer harta atau mengharap pujian, tetapi dengan berbagi itulah mereka bisa merasakan kebahagiaan.

Di lain pihak, orang-orang yang butuh bantuan dalam hidupnya tentu memiliki beragam harapan yang ingin diraih namun terkendala oleh keterbatasan disana-sini, terutama masalah ekonomi.

Ada anak-anak yang ingin menempuh pendidikan sekolah sampai jenjang tertinggi, tapi karena keterbatasan biaya menjadikan mereka putus sekolah. Ada orang-orang yang ingin bisa menyantap makanan tiga kali sehari, tapi tidak memiliki cukup uang untuk membeli. Ada juga yang ingin mengaji dengan nyaman, hanya saja tidak didukung oleh fasilitas sepadan.

Ketika orang-orang yang butuh bantuan ini berhasil mencapai apa yang mereka harapkan berkat bantuan tangan-tangan para dermawan, tentu hal itu akan mewujud menjadi kebahagiaan.

Disini, saya melihat bahwa memang diperlukan adanya penghubung yang memungkinkan kedua pihak tersebut saling terhubung satu dengan yang lain. Sehingga senyum kebahagiaan turut bisa dirasakan oleh siapa saja dan dimana saja.

Apa yang dijalankan oleh jamaah masjid di lingkungan perumahan saya hanyalah bagian dari upaya menciptakan keterhubungan tersebut. Meski dalam skala yang terbilang kecil, jamaah masjid telah belajar melayani dan mewadahi niat baik serta harapan dari kedua belah pihak, yakni para dermawan dan orang-orang yang butuh bantuan, agar bersama-sama bisa merasakan kebahagiaan versi mereka.

Urgensi Keberadaan Lembaga Filantropi Umat

Bagaimanapun, keberadaan sebuah lembaga yang menghimpun dan mengelola dana umat sangatlah diperlukan. Terlebih untuk sebuah negara seperti Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim yang mana ajaran agama mensyariatkan untuk berbagi kepada sesama melalui zakat, infak, sedekah, ataupun wakaf (ZISWAF).

Berdasarkan informasi yang pernah disampaikan oleh Kementerian Agama (Kemenag), potensi ZISWAF di Indonesia konon mencapai Rp 327 triliun per tahun. Dari tahun ke tahun, tren pengumpulan ZISWAF juga mengalami peningkatan.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menyampaikan hasil pengumpulan ZISWAF nasional tahun 2019 mencapai Rp 10,23 triliun, tahun 2020 meningkat menjadi Rp 12,43 triliun, tahun 2021 sebesar Rp 14 triliun, dan tahun 2022 mencapai Rp 22,43 triliun. Bahkan tahun 2023 lalu diproyeksikan bisa terkumpul dana hingga Rp 33,8 triliun[1].

Grafik pengumpulan dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) dari tahun ke tahun | Sumber gambar : dataindonesia.id diolah dari BAZNAS

Dengan potensi sebesar itu tentu diperlukan sebuah lembaga yang kredibel, berpengalaman, dan konsisten dalam melayani umat untuk mengambil peran. Terlebih golongan yang menunaikan maupun kelompok yang menjadi sasaran penyaluran  dana ZISWAF relatif tersebar merata di semua wilayah.

Mungkin ada wilayah dimana mayoritas masyarakatnya mampu secara ekonomi sehingga bisa menjadi muzakki, donatur, ataupun dermawan. Tetapi ada pula wilayah yang mayoritas penduduknya tidak mampu sehingga masuk dalam kategori mustahik atau penerima manfaat.

Sehingga keberadaan lembaga filantropi semacam ini diperlukan untuk memastikan pengumpulan dan pengelolaan berlangsung secara transparan, serta pendistribusian dana ZISWAF bisa tersebar secara adil dan merata untuk semua.

Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga filantropi  yang bertugas menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana ZISWAF telah memiliki pengalaman panjang di bidang ini. Masa usia yang sudah mencapai 31 tahun menjadi sebuah penegasan tersendiri bahwa mereka bisa dipercaya untuk menunaikan amanah.

Milestone Dompet Dhuafa 31 tahun menunjukkan bahwa mereka bukan lembaga newbie yang baru belajar melayani umat. Ada pengalaman disana, ada profesionalitas, juga totalitas untuk memberikan yang terbaik kepada umat.

Bukanlah tugas yang mudah untuk mengelola miliaran bahkan triliunan dana umat. Akan tetapi, Dompet Dhuafa mampu menunaikan amanah tersebut, dan ini dibuktikan dengan status opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terkait laporan keuangan lembaga dari Kantor Akuntan Publik yang berhasil diraih selama kurun waktu 17 tahun berturut-turut dari 2006 hingga 2022.

Komitmen Dompet Dhuafa Melayani Umat

Dompet Dhuafa berhasil manautkan kelompok muzakki, donatur, atau dermawan dari berbagai kalangan dengan para mustahik atau penerima manfaat yang juga berasal dari beragam latar belakang.

Dari waktu ke waktu, Dompet Dhuafa terus memperluas cakupan programnya, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga pemberdayaan masyarakat. Berbagai kelompok rentan pun telah menjadi sasaran pelayanan lembaga ini. Salah satu diantaranya adalah anak yatim/piatu dari keluarga dhuafa.

Melalui berbagai program pendidikan, beasiswa, dan bantuan kesejahteraan, Dompet Dhuafa berkomitmen memastikan bahwa anak-anak ini akan mendapat kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Program-program seperti “SMART Ekselensia Indonesia,” sebuah sekolah bebas biaya dengan kualitas tinggi, dan program beasiswa pendidikan lain telah membantu anak-anak yatim untuk melanjutkan pendidikan mereka.

Sampai dengan tahun 2023, SMART Ekselensia Indonesia telah meluluskan 522 siswa penerima manfaat dari program beasiswa tersebut. Komitmen ini tidak hanya membantu anak-anak yatim/piatu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi keluarga dan orang-orang di sekitar mereka.

Arwan dan ibunya Gusmiyati, salah satu penerima beasiswa SMART Ekselensia Indonesia dari Dompet Dhuafa | Sumber gambar : www.dompetdhuafa.org

Testimoni dari Gusmiyati, Ibu dari seorang anak yatim bernama Arwan Priyanto Pamungkas, salah satu siswa penerima beasiswa SMART Ekselensia Indonesia, menegaskan dampak positif ini. “Alhamdulillah kebantu banget  sama anak saya yang kedua ini bisa masuk SMART EI. Kalau nggak, enggak tahu deh harus dari mana uangnya untuk masukin ke sekolah. Saya bangga sama Arwan. Sekolah jauh dari orang tua dan ada hasil yang membanggakan. Dari segi nilai laporan sekolah juga bagus-bagus. Kalau pulang ke rumah, kepercayaan dirinya juga meningkat. Tidak minderan kayak dulu.”[2].

Dompet Dhuafa memang sudah menapaki eksistensinya yang ke-31 tahun. Kita yang mencintai kemanusiaan seharusnya berucap syukur terhadap keberadaan sebuah lembaga mulia yang mampu bertahan lama. Karena dengan begitu akan ada semakin banyak manfaat yang ditebarkan, makin banyak senyuman yang dibagikan, serta lebih banyak lagi kemuliaan untuk disebarluaskan.

Pencapaian Dompet Dhuafa 31 tahun melayani umat sebenarnya adalah kado terindah untuk umat itu sendiri. Berkat Dompet Dhuafa yang berkenan melayani maka umat yang ingin berbagi dan umat yang butuh kontribusi bisa saling terhubung untuk menciptakan ukhwah islamiyah.

Pertanyaan sederhananya sekarang, sudahkah kita ikut ambil bagian untuk turut berkontribusi disana?

5 Langkah Mudah Berdonasi di Dompet Dhuafa

Kebaikan itu tidak cukup hanya diniatkan, tetapi juga harus dilaksanakan. Dalam rangka mempermudah para dermawan menyalurkan bantuan, donasi, atau membayar ZISWAF, Dompet Dhuafa telah menyediakan berbagai saluran donasi, termasuk melalui aplikasi digital.

Bagi generasi yang terbiasa dengan gawai atau gadget, platform apllikasi Dompet Dhuafa bisa menjadi opsi mudah untuk berdonasi dari mana saja dan kapan saja. Cukup bermodalkan smartphone di genggaman dan (tentu) saldo tabungan maka kita sudah bisa memberi sumbangsih untuk kemanusiaan.

Hanya dengan mengikuti beberapa langkah berikut ini saja maka donasi via Dompet Dhuafa sudah bisa dilakukan.

1. Registrasi:

    Untuk melakukan registrasi, kita cukup menjalankan beberapa tahapan berikut :

    • Unduh aplikasi Dompet Dhuafa dari Google Play Store atau Apple App Store.
    • Buka aplikasi dan lakukan registrasi dengan mengisi data diri seperti nama, email, dan nomor telepon.
    • Setelah registrasi selesai, verifikasi akun kita melalui email atau SMS.
    Aplikasi Dompet Digital

    2. Pilih Program Donasi:

    Kita bisa memilih berbagai jenis program donasi yang ditawarkan oleh Dompet Dhuafa mulai dari zakat, sedekah, wakaf, atau bahkan kontribusi untuk Palestina.

    • Masuk ke aplikasi Dompet Dhuafa.
    • Pilih program donasi yang ingin Anda dukung, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, atau bantuan darurat.
    • Setiap program memiliki penjelasan dan informasi mengenai target serta manfaat yang akan diberikan.
    Ragam pilihan program donasi

    3. Isi Formulir Donasi:

    Jangan khawatir masalah nominal, sebesar atau sekecil apapun kontribusi kita hal itu tetap akan memberikan manfaat.

    • Setelah memilih program, klik tombol “Donasi Sekarang”.
    • Isi formulir donasi dengan jumlah yang ingin Anda sumbangkan.
    • Pilih metode pembayaran yang tersedia, seperti transfer bank, kartu kredit, atau dompet digital.
    Para donatur sedekah

    4. Konfirmasi dan Transfer:

    Untuk pembayaran donasi kita bisa memilih via transfer bank atau lewat platform finance seperti DANA hingga GoPay.

    • Periksa kembali detail donasi kita.
    • Lakukan transfer sesuai dengan metode pembayaran yang dipilih.
    • Unggah bukti transfer jika diperlukan untuk konfirmasi pembayaran.
    Bukti pembayaran sedekah

    5. Pantau Donasi Anda:

    Sebagai bagian dari komitmen untuk transparansi pengelolaan dana, Dompet Dhuafa membuka seluas-luasnya informasi untuk dilihat oleh publik. Terkhusus para donatur atau mereka yang menyumbangkan sebagian miliknya untuk diberikan kepada yang membutuhkan.

    • Setelah donasi dikonfirmasi, Anda dapat memantau perkembangan dan penggunaan dana melalui aplikasi.
    • Dompet Dhuafa memberikan laporan berkala mengenai program yang Anda dukung.

    Melalui panduan ini, para dermawan akan dapat dengan mudah menyalurkan bantuan mereka dan ikut berpartisipasi dalam berbagai program kemanusiaan yang dijalankan oleh Dompet Dhuafa. Keterlibatan aktif dari masyarakat akan semakin memperkuat ukhuwah islamiyah dan memastikan bantuan dapat tersebar secara adil dan merata.

    Saya kira inilah kado terindah untuk ulang tahun Dompet Dhuafa ke-31 tahun, ketika umat saling memberikan manfaat. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.

    Maturnuwun,

    Agil Septiyan Habib

    NB : “Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”

    Refferensi :

    [1] https://dataindonesia.id/varia/detail/pengumpulan-zakat-di-indonesia-capai-rp2243-triliun-pada-2022

    [2] https://www.dompetdhuafa.org/sekolah-di-smart-ekselensia-pupuk-giat-arwan-angkat-derajat-keluarga-tanpa-ayah/

    Menyusun Perencanaan Produksi Berdasar Perspektif Islam

    Maksud dan tujuan utama dari dibuatnya perencanaan produksi (production planning) adalah untuk meningkatkan efisiensi serta produktivitas dari operasional sebuah bisnis.

    Sebuah industri, khususnya manufaktur, mungkin masih bisa beroperasi meski tanpa adanya sistem perencanaan produksi didalamnya. Hanya saja, jalannya operasional akan kurang terkendali.

    Produksi bisa berjalan. Pemenuhan permintaan pun bisa dilakukan. Akan tetapi, ada beberapa hal penting yang disadari atau tidak sebenarnya telah dikorbankan.

    Perencanaan Produksi sangat penting perannya dalam sebuah aktivitas bisnis | Ilustrasi gambar : bmgtraining.co.id

    Efek sampingnya, industri menjadi kurang kompetitif. Entah karena ongkos produksi yang mengalami pembengkakan, pemborosan sumber daya disana sini, hingga terjadi miskalkulasi pemenuhan permintaan pelanggan.

    Ketika industri yang beroperasi masih dalam skala kecil, barangkali situasi tersebut cenderung terabaikan dan seringkali dianggap tidak ada atau bahkan tidak pernah terjadi.

    Sayangnya, setiap pelaku Industri pastilah menginginkan bisnisnya terus bertumbuh dan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Sehingga, secara tidak langsung, pembiaran atau pengabaian atas ketidakefisiensian tersebut akan menjadi bahaya laten yang membahayakan industri dalam jangka panjang.

    Dengan kata lain, apabila sebuah industri berharap adanya perbaikan dalam dirinya maka aspek perencanaan produksi penting untuk diberikan porsi perhatian yang signifikan.

    Prinsip Mencegah Pemborosan

    Islam adalah solusi untuk segala hal. Meski mungkin dalam beberapa kajian disiplin ilmu tertentu yang tidak secara gamblang mendapatkan perhatian secara perspektif Islam, tidak berarti bahwa wawasan kearah sana tidak ada.

    Kita hanya perlu mengulik lebih dalam dan menggali lebih detail untuk mencari keterkaitan antara ilmu-ilmu Islam tersebut dengan kajian yang sudah cukup banyak dibicarakan di berbagai mimbar akademik ataupun di beberapa diskusi publik.

    Islam melarang umatnya untuk berperilaku boros | Ilustrasi gambar : thisiscolossal.com

    Satu hal yang menarik untuk dibahas disini adalah terkait dengan pemborosan. Pemborosan adalah salah satu hal yang paling dihindari dalam berbagai pengajaran tentang Islam. Bahkan Al-Qur’an dan hadits pun secara jelas menerangkan hal itu.

    Misalnya, pada Q.S. Al-An’am ayat 141 dimana Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu berlaku boros, karena sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlaku boros.”

    Mungkin selama ini kita cenderung memahami firman Allah SWT dan sabda Nabi SAW tersebut dalam konteks menjalani kehidupan pribadi masing-masing. Padahal, konteks perilaku boros bisa jadi merupakan bagian dari “penyakit” organisasi atau dalam hal ini kita sematkan pada tata kelola industri yang tidak efisien.

    Bahkan secara jelas ada ulasan khusus yang memfokuskan kajian industri dalam rangka menghindari praktik pemborosan tersebut. Yang dalam istilah industri lebih dikenal dengan sebutan waste.

    Terminologi waste ini bisa diibaratkan sebagai “musuh bersama” yang perlu dieliminir semaksimal mungkin karena keberadaannya yang secara langsung maupun tidak langsung telah menggerus capaian produktivitas dari sebuah industri.

    Efektivitas dan efisiensi aktivitas operasional berbanding terbalik dengan tingkat waste yang terjadi didalamnya.

    Perencanaan Produksi untuk Efisiensi

    Membuat perencanaan produksi adalah upaya preventif paling awal yang bisa dilakukan dalam mencegah inefisiensi sebuah proses. Karena bagaimanapun juga perencanaan produksi adalah titik start dalam keberlangsungan kegiatan operasional sebuah industri.

    Pemborosan bisa dicegah atau setidaknya diminimalkan agar tidak sampai membuat sumber daya yang dipergunakan terbuang sia-sia.

    Dengan kata lain, membuat perencanaan produksi yang baik merupakan penerapan dari prinsip mencegah pemborosan sekaligus implementasi nyata dari bagaimana ketakwaan itu diwujudkan dalam realitas kehidupan yang lebih luas, dalam hal ini adalah di lingkungan industri atau dunia usaha.

    Pengaturan produksi yang baik akan mencegah pemborosan | Ilustrasi gambar : usnewsper.com

    Untuk melihat korelasi langsung dari penyusunan rencana produksi dan efek yang ditimbulkannya terhadap laju pemborosan maka perlu ada klasifikasi terkait jenis-jenis waste yang terjadi pada keseluruhan aktivitas produksi tersebut.

    Yang paling umum dari klasifikasi ini adalah seven waste dan meliputi over production atau produksi berlebih, waiting atau menunggu, transportation atau transportasi, unnecessary processing atau proses yang tidak perlu, inventory atau persediaan, motion atau gerakan, dan defect atau cacat.

    Over Production

    Kita mulai dari over production atau produksi berlebih. Mungkin ada yang bertanya-tanya, produksi berlebih memang apa ruginya? Kan masih bisa dijual? Itu betul, memang bisa dijual. Tapi, berapa lama? Apakah akan terjual cepat atau butuh waktu cukup lama?

    Ini bukan persoalan bisa dijual atau tidak. Namun, menyangkut efisiensi persediaan barang. Produk atau barang yang diproduksi dalam jumlah berlebih akan menjadi beban penyimpanan. Apalagi ketika untuk menghabiskannya membutuhkan waktu lama.

    Space gudang yang harusnya bisa dipergunakan untuk menyimpan barang lain (yang berpotensi lebih cepat dijual) menjadi terkendala. Belum lagi diperlukan alokasi biaya khusus untuk perawatan barang selama penyimpanan (misal barang dengan treatment ruang pendingin, dan sejenisnya).

    Semakin besar jumlah produksi berlebih terjadi maka akan semakin mengurangi tingkat efisiensi dari operasional sebuah industri. Jelas ini merupakan tindakan pemborosan yang tidak layak dilakukan.

    Waiting

    Apa imbasnya jika sampai terjadi situasi dan kondisi ini ? Khususnya di lingkungan operasional sebuah unit bisnis. Kesia-siaan waktu? Iya, akan ada waktu yang terbuang percuma tanpa hasil yang produktif.

    Padahal, waktu merupakan modal yang sangat berharga bagi dunia usaha. Time is money. Ajaran Islam sendiri memberi penegasan secara gamblang mengenai pentingnya waktu. Sampai-sampai Allah SWT sendiri bersumpah atas nama waktu. Demi masa.

    Ketika sebuah proses industri sampai membiarkan terjadinya pemborosan waktu maka ongkos yang harus ditanggung akan sangat besar. Industri harus membayar upah lembur. Atau menambah sumber daya baru untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

    Karena bagaimanapun juga waktu tidak bisa diulang.

    Satu hari akan selalu sama sebanyak 24 jam. Tidak kurang, tidak lebih. Saat ada target produksi untuk memenuhi permintaan yang harus rampung dalam kurun waktu tersebut maka kita harus seoptimal mungkin memberdayakan waktu tersisa.

    Apabila pada sisa waktu yang ada semakin banyak dibiarkan dengan aktivitas menunggu atau waiting maka dampaknya akan panjang. Pemenuhan permintaan gagal memenuhi target delivery, keterlambatan pengiriman, pembengkakan biaya produksi, hingga kehilangan konsumen.

    Perencanaan produksi memiliki peran krusial untuk mengeliminir waktu tunggu menjadi seminimal mungkin. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa planner hanyalah salah satu kepingan penunjang proses untuk membuat aktivitas operasional yang efektif dan efisien.

    Biarpun begitu, planner harus melihat setiap celah pemborosan waktu yang mungkin terjadi sepanjang penjadwalan produksi dibuat.

    Ketika menjadwalkan produk di sebuah mesin produksi, saya umumnya meletakkan setidaknya dua produk atau lebih dalam antrian. Sehingga ketika item pertama mengalami kendala teknis untuk dijalankan, tim produksi bisa “lompat” ke item berikutnya. Tentu melalui konfirmasi terlebih dahulu kepada planner.

    Planner biasanya memiliki setumpuk antrian produk untuk dijalankan di suatu mesin. Dengan begitu seharusnya tidak ada alasan untuk membiarkan sebuah fasilitas berhenti beroperasi dan menunggu dalam waktu lama untuk beroperasi kembali.

    Transportation

    Transportasi, termasuk didalamnya adalah aktivitas material handling atau pemindahan material atau pemindahan barang. Aktivitas ini umumnya tidak memberikan nilai tambah secara langsung dalam penciptaan suatu produk. Akan tetapi perannya sangat krusial untuk memastikan produksi berjalan.

    Saya ambil contoh, penggunakan mesin conveyor di sebuah proses produksi pada dasarnya hanya berperan mengalirkan barang dari satu lini produksi ke lini produksi yang lain. Atau dari lini produksi ke lini penyimpanan (gudang).

    Dalam aktivitas tersebut, bisa dibilang conveyor tidak memberikan nilai tambah apapun. Hanya saja, tanpa keberadaannya maka rangkaian proses tidak akan bisa dituntaskan.

    Selain itu, pemindahan barang menggunakan forklift atau kendaraan pengangkut lain juga tidak memberikan nilai tambah apapun pada produk. Hanya saja keberadaannya penting untuk menjembatani rangkaian proses.

    Masalah yang berpotensi terjadi disini adalah terjadinya aktivitas transportasi tidak efisien. Misalnya, ketika forklift seharusnya bisa melakukan sekali tarikan tapi justru melakukan dua kali atau lebih tentu akan ada energi terbuang disana. Konsumsi solar akan lebih banyak. Atau tenaga listrik lebih besar. Ini tentu merupakan pemborosan.

    Sekilas, planner sepertinya tidak memiliki peranan apapun untuk mempengaruhi situasi ini. Padahal planner juga bisa turut campur tangan. Seperti membuat pengaturan jadwal produksi dengan variasi produk yang minimal sehingga ketika transfer produk akhir dilakukan maka forklift tidak menempuh rute berlebihan.

    Saya berikan simulasi begini. Planner membuat jadwal produksi untuk produk A dan produk B di mesin X. Lokasinya terletak di lantai produksiproduksi.

    Hasil produk tersebut akan ditransfer ke gudang Y pada lokasi Y1 dan Y2. Sehingga forklift harus berpindah dari lokasi mesin X menuju gudang Y1 untuk menaruh produk A dan ke gudang Y2 untuk menaruh produk B.

    Apabila saya sebagai planner menambahkan produk C yang lokasi penyimpanannya di gudang Y3 ke dalam jadwal antrian produksi, maka forklift harus menuju rute Y3 juga dalam perjalanannya.

    Bagaimana seandainya planner menambah jadwal produksi untuk mesin M, N, dan produks D, E, F, dan seterusnya. Tentu aktivitas transportasi ikut bertambah.

    Bukan hal yang dilarang juga bagi planner untuk menjadwalkan banyak produk sekaligus, terlebih ketika hal itu diperlukan. Hanya saja, dengan meminimalkan variasi produk dalam satu periode produksi maka hal itu akan sangat membantu mereduksi rute tempuh peralatan atau fasilitas transportasi kita.

    Unnecessary Processing

    Secara umum, aktivitas “proses” merupakan domain dari tim produksi. Khususnya yang berhubungan dengan proses menciptakan sebuah produk. Dengan demikian maka wajar kiranya apabila waste yang terkait dengan proses-proses tidak perlu (unnecessary processing) lebih patut diwaspadai terjadinya disana.

    Namun, anggapan itu sebenarnya tidak sepenuhnya tepat. Perencanaan produksi yang bermasalah bisa ikut andil dalam terjadinya waste ini. Meski mungkin tidak menjadi penyebab langsungnya.

    Dalam beberapa kesempatan membuat perencanaan produksi, saya pernah memberikan informasi yang kurang lengkap untuk pengerjaan suatu jenis produk. Kebetulan terdapat dua jenis produk yang secara deskripsi mirip. Keduanya hanya berbeda jumlah isi dalam satu kemasan karton saja.

    Contohnya, produk A adalah detergen cuci kemasan botol varian warna pink dengan isi 8 pieces botol per karton. Sedangkan ada produk B dengan varian serupa cuma isinya adalah 12 pieces botol dalam satu karton.

    Nah, waktu itu saya tidak secara spesifik menyebutkan isi dari jadwal produksi yang saya sampaikan kepada tim produksi. Dalam lembar rencana produksi harian hanya tertera nama detergen botol varian warna pink dengan berat 1,5 liter. Tanpa saya sadari ternyata ada kekurangan pencantuman informasi perihal isi botol dalam satu kartonnya.

    Alhasil, supervisor produksi yang bertugas waktu itu (yang memang orang baru) salah menafsirkan bahwa produk yang saya jadwalkan sebagai detergen warna pink isi 12 pieces per karton. Sementara yang saya maksudkan sebenarnya adalah detergen botol warna pink 1,5 liter isi 8 pieces.

    Peristiwa itu baru ketahuan keesokan harinya saat produksi sudah mencapai beberapa ratus karton produk.

    Padahal untuk produk varian isi 12 tersebut sedang tidak ada permintaan. Disisi lain, ada keterbatasan jumlah stok material untuk memproduksi produk tersebut kembali.

    Pada akhirnya saya pun harus meminta maaf atas peristiwa miskomunikasi yang terjadi. Produk yang kadung jadi terpaksa harus diproses ulang dengan melakukan penggantian karton box dari isi 12 ke isi 8.

    Inilah aktivitas proses yang semestinya bisa dihindari. Terlebih sebab terjadinya bermula dari perkara sepele yakni tidak lengkapnya planner menyampaikan informasi dalam jadwal rencana produksi terkait dengan spesifikasi produk.

    Inventory

    Persediaan atau inventory yang menumpuk di gudang penyimpanan suatu perusahaan adalah salah satu musuh terbesar dan sebisa mungkin dihindari. Khususnya bagi perusahaan yang menerapkan model bisnis TOP atau Term Of Payment.

    Model bisnis TOP ini mengharuskan pembayaran dilakukan oleh perusahaan penerima barang terhitung sejak beberapa waktu setelah barang tersebut diterima. Dengan kata lain, semakin banyak barang yang diterima maka kalkulasi tagihan akan menumpuk.

    Lantas masalahnya dimana ?

    Jikalau barang tersebut adalah jenis material yang kita terima dari suplier, maka terhitung waktu setelah kita menerima barang tersebut (misalnya satu hari kemudian) argo tagihan mulai dihitung.

    Model bisnis semacam ini terbilang menguntungkan bagi perusahaan apabila siklus pengeluaran produknya terjadi cukup cepat.

    Sehingga material yang sudah masuk bisa terus diproses hingga menjadi produk siap jual untuk kemudian dibayarkan pada tagihan TOP material.

    Semakin cepat perputaran penjualan produk, sedangkan tagihan TOP sudah terjadwal rutin tenggat waktunya maka keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut akan semakin besar.

    Bisa dibilang juga bahwa pengusaha dengan model bisnis tersebut sebenarnya tidak mempergunakan modal samasekali (untuk pembelian material) dalam menjalankan bisnisnya. Itu dengan catatan ritme penjualan produk dan penggunaan material terjadi secara berkesinambungan.

    Setiap kali ada material yang mengendap tidak terpakai atau jeda waktu penyimpanan dan pemakaiannya cukup lama, maka perusahaan harus tetap membayar TOP sedangkan untuk penjualan produk tersebtu sendiri lebih lambat dari TOPnya. Efeknya adalah kas perusahaan akan terkuras.

    Lalu apa kaitannya dengan inventori ?

    Ketika sebuah produk hendak dijadwalkan untuk produksi, ada konsekuensi dimana planner atau melalui tim inventory controller untuk menjadwal masuk material-material pendukungnya. Yang mana dalam beberapa kasus terdapat kesepakatan antar perusahaan dimana ada batas minimal pengiriman untuk produk tersebut.

    Saat planner gagal memperkirakan rencana produksi yang berdampak adanya produk tertentu yang tidak perlu diproduksikan pada periode tersebut, maka material yang kadung dijadwalkan akan menimbulkan beban persediaan.

    Dalam hal ini, mau tidak mau kalkulasi TOP akan terjadi tanpa adanya perimbangan bahwa produk akhir dari material tersebut akan terjual.

    Selain itu, kesalahan perencanaan produksi (misalnya kelebihan menginformasikan jumlah unit yang harus diproduksi) berisiko menciptakan biaya tambahan untuk perawatan produk yang dihasilkan.

    Ini tentu juga merupakan bagian dari pemborosan itu sendiri. Andaikan tidak terjadi kelebihan jumlah produk saat produksi, maka tidak perlu ada biaya dikeluarkan untuk merawat produk tersebut.

    Motion

    Terkait dengan waste ini mungkin planner tidak memberi andil, karena menyangkut aktivitas teknis yang bersentuhan langsung dalam penciptaan suatu produk.

    Defect

    Untuk produksi defect atau rusak memang sangat ditentukan oleh seberapa baik proses penciptaan produk dijalankan. Perencanaan produksi maksimalnya hanya nggupuhi atau membuat pihak produksi menjadi terburu-buru untuk menuntaskan produksinya.

    Sebenarnya, apabila kontrol terhadap proses dijalankan secara tepat maka perencanaan produksi tidak bisa disebut ikut ambil bagian.

    Pada dasarnya nilai-nilai Islam memang ada dimana-mana, termasuk perihal pekerjaan dan fungsi perencanaan produksi. Dengan adanya hal itu seharusnya kita bisa menjadi lebih paham bahwasanya pekerjaan akan benar-benak bernilai ibadah manakala kita menjalankan sesuai dengan tuntunan nilai tersebut.

    Maturnuwun,

    Agil Septiyan Habib