Ledakan Penjualan di Akhir Bulan dan Pentingnya “Feeling” Perencanaan

Siapa yang tidak senang melihat penjualan produknya meledak? Terutama para pelaku bisnis. Banjir omset dan profit bejibun akan segera masuk ke kantong. Bahkan kalaupun ledakan penjualan tersebut baru terjadi di akhir bulan atau pada detik-detik akhir menjelang tutup buku bulanan, hal itu tetaplah menggembirakan.

Bagi pebisnis, tidak masalah kapan saja ledakan penjualan terjadi asalkan produk selama mereka bisa mendatangkan pundi-pundi uang. Begitupun dengan tenaga penjualan, selama target omset mereka dari perusahaan bisa terpenuhi, maka penjualan di penghujung waktu pun tetap akan diburu.

Akan tetapi, lain halnya dengan rekan-rekan yang bertugas di bagian operasional atau penyedia produk yang hendak dijual tersebut. Mereka bisa jadi akan pontang-panting untuk memenuhi permintaan ini dan itu.

Disatu sisi mereka harus memastikan semua permintaan barang untuk dijual bisa dipenuhi, namun disisi lain mereka juga dibebani tanggung jawab untuk melaksanakan efisiensi.

Ledakan penjualan bak buah simalakama jika tidak disikapi secara tepat | Ilustrasi gambar : freepik.com / ilixe48

Menghadapi Ketidakseimbangan Produksi dan Penjualan

Ketika ledakan penjualan terjadi dengan jangka waktu yang cukup singkat, tentu hal itu akan mengganggu keseimbangan di lini produksi barang. Terlebih ketika volume penjualan lebih besar ketimbang volume produksinya.

Bukan tidak mungkin aspek efisiensi akan dikorbankan demi ambisi untuk meraup omset setinggi mungkin dari penjualan. Namun, apakah itu sepadan?

Bagaimanapun, sebuah bisnis adalah tentang profit. Bukan tentang omset, atau sekadar urusan efisiensi. Percuma saja omset besar tapi ternyata rugi. Percuma saja efisiensi tinggi tapi tidak membuahkan keuntungan.

Profit sendiri adalah tentang selisih antara omset penjualan dengan biaya yang diperlukan untuk mempersiapkan barang atau produk yang dijual tersebut. Apabila omset penjualan tinggi dan biaya operasionalnya rendah maka otomatis margin keuntungan yang diperoleh juga semakin besar. Begitupun sebaliknya.

Dengan kata lain, perlu terjadi sinkronisasi antara memaksimalkan penjualan dan mengefisiensikan penyiapan barang. Sehingga keuntungan bisnis bisa dimaksimalkan.

Pentingnya ‘Feeling’ dalam Perencanaan Produksi untuk Menangani Penjualan Akhir Bulan

Penjualan memang seringkali sukar diprediksi. Namun, ketika ledakan penjualan “hanya” terjadi setiap kali akhir bulan datang tentu ada yang salah disana. Entah karena kurangnya effort untuk memasarkan produk, atau barangkali ada kendala teknis lain yang mesti diselesaikan seperti produk sering kosong diawal dan pertengahan bulan, ekspedisi pengiriman yang baru siap ketika akhir bulan menjelang, dan lain sebagainya.

Penuntasan masalah ini harus dilihat secara menyeluruh. Khususnya oleh tim Perencanaan Produksi dan Pengendalian Inventori (PPIC) yang harus lebih intensif memeriksa tren pergerakan barang, utamanya pengeluaran barang untuk penjualan, dan potensi peningkatan pesat beban produksi pada akhir periode.

Feeling perencanaan cukup berperan penting dalam menentukan strategi PPIC | Ilustrasi gambar : economictimes.indiatimes.com

PPIC tidak bisa mencampuri ranah penjualan. Paling banter mungkin hanya menggerutu atau mengkritik tim pelaksana yang bertugas disana. Dengan kata lain, PPIC harus fokus dengan cakupan tugas dan wewenangnya. Yakni mengelola persediaan dan mempersiapkan perencanaan produksi sehingga siap sedia kapanpun dibutuhkan.

Membaca tren terdahulu mungkin bisa menjadi referensi berharga, meskipun tidak bisa dijadikan sebagai pedoman utama. Terkadang ada feeling  yang dimainkan disini. Prosedur perencanaan yang mungkin sudah dibakukan belum tentu mampu melihat dan memprediksi masa depan seakurat feeling tim PPIC yang memiliki pengalaman cukup panjang.

Bahkan seorang Waren Buffet pun mengandalkan nalurinya untuk menebak pergerakan investasi portofolio saham-sahamnya. Kapan ia harus mengambil, dan kapan harus melepasnya.

Sayangnya, untuk menjadi Warren Buffet butuh waktu lebih dari hitungan jam ataupun hari. Diperlukan masa pengalaman bertahun-tahun lamanya untuk mengasah feeling sehingga bisa memperkirakan keadaan yang terjadi berikutnya.

Tapi, bagaimanapun, setinggi apapun jam terbang tetaplah dimulai dari langkah pertama dan terus menerus diasah. Seperti kata Anthony Robbin, repetisi adalah ibu dari segala pengetahuan. Seorang Warren Buffet pasti sudah melalui beragam situasi dan kondisi di pasar saham sehingga menjadi seperti sekarang. Begitupun pakar keahlian yang lain pastilah melakukan hal serupa.

Dalam konteks mengelola perencanaan produksi, proses berulang yang terjadi dari waktu ke waktu dengan segala dinamikanya pasti akan memberikan peningkatan kemampuan bagi pelakunya. Tentu dengan catatan bahwa selalu ada mekanisme evaluasi, feedback, dan terus melakukan perbaikan berkelanjutan. Salah satunya dengan menambah referensi bacaan terkait ranah tugas yang dikerjakan.

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib

Tips Raup Cuan Jutaan dari Menulis di Ruang Digital. Praktikan 5 Cara Ini!

Bagaimana rasanya hidup di era digital? Serba praktis kan? Serba gampang kan? Serba cepat kan?

Iya. Praktis, gampang, dan cepat. Tiga kosakata itu sepertinya cukup bisa menggambarkan perihal era digital yang semakin akrab dengan kehidupan (hampir) semua orang saat ini.

Bahkan untuk merengguk cuan bernilai jutaan sepertinya bukan lagi sebuah kemustahilan seiring terbentang luasnya kesempatan di ruang digital yang menawarkan hal itu.

Tanpa perlu beranjak dari tempat duduk yang nyaman atau terbangun dari kasur busa yang empuk, kamu pun tetap memiliki peluang besar untuk meraih pundi-pundi rupiah dalam jumlah melimpah.

Syaratnya, gampang saja. Salah satunya yaitu punya keahlian menulis.

Pramodya Ananta Toer pernah mengatakan bahwa menulis itu bekerja untuk keabadian.

Keabadian dalam karya-karya yang terus dikenang oleh pembacanya, pun keabadian dalam hal penghasilan yang mengalir deras sepanjang waktu.

Tentu, syarat dan ketentuan berlaku dong.

Mangkanya baca sampai tuntas. Oke?

Keahlian menulis perlu dioptimasi agar menghasilkan cuan lumayan| Ilustrasi gambar : pixabay.com / Deeezy

Menulis di Ruang Digital

“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kamu ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.” J.K. Rowling

Ada banyak alasan yang mendasari seseorang untuk menulis.

Mungkin di antara kalian ada yang terdorong menulis sebagai media untuk berbagi perasaan, menebar manfaat kepada orang lain, atau yang lebih pragmatis adalah mendapat penghasilan bagi diri sendiri.

Apapun alasan yang kamu miliki tidak jadi soal. Semua sah-sah saja. Justru disitulah letak keindahan dari menulis.

Jikalau dulu menulis sering diidentikkan sebagai privilese bagi sebagian orang saja, datangnya era digital telah menghapus stigma itu.

Kini, semua orang bisa membagikan tulisannya kepada siapapun dan kapanpun tanpa batas ruang dan waktu.

Kamu yang punya keterampilan atau kegemaran tertentu bisa berbagi kepada siapapun melalui laman media sosial, blog pribadi, blog komunitas, website, dan lain sebagainya.

Tidak lagi terkungkung oleh paradigma lama dimana menulis itu harus melalui buku yang dicetak penerbit dan beredar di toko-toko buku populer.

Kabar baiknya, kamu pun juga bisa meraih manfaat finansial dari aktivitas menulis di dunia maya lho. Apa yang kamu tulis bisa kamu monetisasi untuk menghasilkan cuan yang lumayan.

5 Tips Menulis Dapat Cuan di Ruang Digital

Segala sesuatu itu ada ilmunya. Benar apa betul?

Termasuk halnya dengan menulis di ruang digital. Kalau sekadar menulis semua orang juga bisa, bukan?

Hanya saja untuk membuat karya tulisan yang bernilai cuan memerlukan tips-tips khusus yang tidak setiap orang mampu melakukan.

Kamu beruntung menjadi salah seorang yang membaca tulisan ini.

Karena tips-tips berikut pasti berguna sekali untuk menunjang aktivitas menulismu sehingga bisa lebih menghasilkan.

Apa saja tips-tipsnya? Yuk, kita simak.

#1. Ikutan Kompetisi Menulis

Kompetisi menulis bisa dengan mudah kamu temui di berbagai laman media sosial seperti facebook, instagram, hingga linkedin.

Platform blog komunitas seperti kompasiana, kumparan, retizen, dan IDN Times pun seringkali mengadakan lomba menulis bagi anggota komunitasnya.

Genre tulisan yang diperlombakan pun bermacam-macam, mulai dari esai, opini, cerpen, sampai dengan pembuatan skrip konten.

Kamu yang punya keahlian menulis di salah satu bidang tadi bisa turut serta. Atau bahkan mencoba mengikuti semua pun tidak jadi masalah. Syukur-syukur kalau bisa memenangi semuanya.

Beberapa lomba menulis menawarkan hadiah mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Diantaranya bahkan tidak segan-segan memberikan nominal hadiah mencapai puluhan juta kepada para juara.

Apabila kamu berani mengambil kesempatan emas ini dan memberikan segenap dedikasi disana maka peluang untuk memenangkan hadiah jutaan rupiah hanya tinggal menunggu waktu saja. Tidak percaya? Silakan kamu coba saja.

Sumber : republika.co.id

#2. Gabung Platform Menulis Berbayar

Terkadang memenangi kompetisi menulis terasa sulit dilakukan oleh sebagian orang.

Akan tetapi, beberapa platform blog memberikan kesempatan besar kepada para penulis untuk meraup sejumlah uang dari tulisan yang mereka buat.

Sebuah tulisan dihargai per pageview dengan nominal rupiah tertentu. Sehingga ketika semakin banyak sebuah tulisan mendapatkan view maka rupiah yang didapat pun akan semakin besar.

Platform blog seperti retizen, kompasiana, dan IDN Times memberlakukan kebijakan dimana para penulis akan mendapatkan cuan berdasarkan performa tulisan yang mereka buat.

Mungkin yang berbeda adalah terkait mekanisme klaim rupiahnya saja. Ada yang menggunakan versi pengumpulan poin untuk ditukar dengan sejumlah uang, seperti yang dilakukan IDN Times.

Atau ada juga yang langsung memberikan nominal uang yang didapat berdasarkan pageview yang diperoleh selama kurun waktu tertentu seperti di kompasiana.

Sumber : kompasiana.com

#3. Kirim Artikel ke Media Online

Ladang penghasilan di ruang digital pada dasarnya beraneka ragam. Termasuk yang berkaitan dengan keterampilanmu menulis.

Ada cukup banyak media online yang menawarkan kesempatan kepada para penulis lepas untuk menyajikan opini ataupun jenis-jenis tulisan yang lain.

Biasanya pihak redaksi mempersyaratkan tulisan dengan karakteristik khusus yang masuk ke mereka.

Yang mana untuk artikel dimuat akan mendapatkan honorarium dengan besaran tertentu.

Mojok.co misalnya, para penulis yang tulisannya berhasil dimuat disana akan mendapatkan kompensasi finansial dengan nominal lumayan.

Tulisan esai atau opini bergaya ‘slengean’, satir, dan informal menjadi ciri khas yang mesti kamu ikuti sebelum mengirim artikel ke mojok.

Kalaupun kamu kurang cocok dengan gaya tulisan mojok, masih ada banyak media online lainnya yang bisa kamu jadikan sasaran kirim artikel untuk menambah pundi-pundi cuanmu dari menulis.

Sumber : Mojok.co

#4. Optimasi Blog Pribadi

Blog pribadi akan menjadi aset yang luar biasa bagi kamu yang gemar menulis.

Apalagi ketika tulisan di dalam blog pribadimu itu banyak mendapatkan kunjungan.

Agar meningkatkan traffic kunjungan blog pastinya butuh pengoptimalan di sana sini.

Yang paling utama tentu dari konten blog yang kamu buat haruslah menyajikan sesuatu yang menarik minat banyak orang.

Blog pribadi yang kamu punya jikalau dikelola secara tepat akan membuatmu memiliki penghasilan tambahan.

Mungkin itu dari iklan, Adsense, atau dari kompetisi menulis yang mempersyaratkan penggunaan blog pribadi sebagai media publikasinya.

Agar lebih optimal dalam mengelola blog pribadi ciri khas mutlak diperlukan. Karena pasti ada jutaan blog-blog lain yang bertebaran di dunia maya.

Sedangkan kamu hanyalah salah satunya saja sehingga mesti menawarkan sesuatu yang berbeda agar bisa menarik perhatian.

Blog dwiandikapratama.com merupakan salah satu contoh blog pribadi yang berhasil dioptimasi oleh pemilihnya sehingga menjadi lahan cuan yang menguntungkan bagi pemiliknya.

Sumber : dwiandikapratama.com

#5. Kemas Tulisan Jadi Konten Video

Sebuah tulisan yang pernah kamu publikasi sebenarnya tidak berhenti sampai disitu saja potensi menghasilkan cuannya.

Konten tulisan tersebut bisa kamu kemas agar menjadi lebih komunikatif untuk disampaikan sebagai skrip naskah video publikasi konten di kanal youtube.

Apalagi jumlah penikmat konten video cenderung lebih besar ketimbang penikmat konten tulisan. Dengan demikian maka tulisan yang kamu buat bisa mendapatkan manfaat ganda dari publikasi artikel dan juga publikasi video.

Sudah bukan rahasia lagi kalau content creator sekarang berlomba-lomba menghadirkan karya di youtube agar bisa dimonetisasi menjadi sumber penghasilan yang menggiurkan.

Sumber : ngomonginuang.com

Nah, itu dia kelima tips yang bisa kamu praktikkan agar supaya aktivitas menulismu bisa memberikan dampak optimal dalam menghasilkan uang.

Jangan lupa juga bahwa semuanya butuh waktu dan proses. Kamu hanya perlu memulainya sekarang.

Syarat Agar Optimal dapat Cuan dari Menulis

Saya sudah melakukan semua tips yang disebutkan tadi, tapi kenapa masih kecil sekali penghasilan yang saya dapat dari menulis ya?”

Adakah di antara kamu yang merasakan hal seperti itu?

Jika demikian, kamu tidaklah sendiri. Ada banyak orang lain di luar sana yang merasakan situasi serupa.

Namun, disinilah letak perbedaan dari mereka yang bergairah dengan mereka yang gampang menyerah.

Kamu pasti tahu kalau Thomas Alfa Edison saja harus melakukan 10.000 kali percobaan terlebih dahulu sebelum berhasil menemukan lampu pijar.

Ketika tulisanmu ternyata masih belum banyak membuahkan hasil coba deh kamu periksa ulang, sudah berapa kali kamu mencoba? Baru satu kali? Sudah ratusan kali? Ribuan kali?

Bisa jadi keluhan gagalmu itu barulah pada percobaan yang kesepuluh atau bahkan kurang.

Sangat mungkin kamu sebenarnya butuh kegagalan lebih banyak untuk memahami sejauh mana keahlian menulismu berkembang.

Yang paling kamu butuhkan manakala perasaan tidak menghasilkan apa-apa dari menulis timbul di kepalamu sebenarnya adalah kesabaran serta kegigihan (persisten) untuk terus mencoba lagi dan lagi.

Teruslah menulis. Teruslah belajar mengasah kemampuan menulismu. Jalankan semua tips tadi. Dan lihat apa yang akan terjadi kemudian.

Selamat menulis.

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib

NB : Tulisan ini sudah dipublikasikan juga di platform Medium

31 Tahun Dompet Dhuafa : Kado Terindah dari Umat, untuk Umat

Beberapa waktu lalu, pada malam tahun baru Islam 1446 Hijriah, masjid di perumahan tempat tinggal saya menyelenggarakan sebuah acara pemberian santunan kepada anak-anak yatim/piatu yang berada dan tinggal di desa setempat. Ada belasan anak yatim/piatu yang diundang datang ke acara tersebut, khususnya mereka yang berasal dari kelompok ekonomi keluarga kurang mampu.

Saya melihat senyum sumringah yang merekah dari setiap wajah anak-anak yatim/piatu yang hadir malam itu. Sejenak saya termenung sekiranya tidak ada masjid disana, atau tatkala tidak ada donatur maupun dermawan yang berkenan menyisihkan sebagian rezeki mereka, barangkali senyuman itu tidak akan tersungging di depan mata kami semua.

Acara pembagian santunan untuk anak yatim/piatu di Masjid An-Nuqtoh Perum TCI (Perumahan Tempat Tinggal Saya) | Sumber gambar : dokumentasi pribadi

Winston Churchill pernah berkata, “We make a living by what we get. We make a life by what we give.” . “Kita hidup dari apa yang kita dapatkan, namun kita menciptakan kehidupan bermakna dari apa yang kita berikan.”

Dengan kata lain, para dermawan berbagi untuk menjadikan hidup mereka lebih bermakna. Bukan karena ingin pamer harta atau mengharap pujian, tetapi dengan berbagi itulah mereka bisa merasakan kebahagiaan.

Di lain pihak, orang-orang yang butuh bantuan dalam hidupnya tentu memiliki beragam harapan yang ingin diraih namun terkendala oleh keterbatasan disana-sini, terutama masalah ekonomi.

Ada anak-anak yang ingin menempuh pendidikan sekolah sampai jenjang tertinggi, tapi karena keterbatasan biaya menjadikan mereka putus sekolah. Ada orang-orang yang ingin bisa menyantap makanan tiga kali sehari, tapi tidak memiliki cukup uang untuk membeli. Ada juga yang ingin mengaji dengan nyaman, hanya saja tidak didukung oleh fasilitas sepadan.

Ketika orang-orang yang butuh bantuan ini berhasil mencapai apa yang mereka harapkan berkat bantuan tangan-tangan para dermawan, tentu hal itu akan mewujud menjadi kebahagiaan.

Disini, saya melihat bahwa memang diperlukan adanya penghubung yang memungkinkan kedua pihak tersebut saling terhubung satu dengan yang lain. Sehingga senyum kebahagiaan turut bisa dirasakan oleh siapa saja dan dimana saja.

Apa yang dijalankan oleh jamaah masjid di lingkungan perumahan saya hanyalah bagian dari upaya menciptakan keterhubungan tersebut. Meski dalam skala yang terbilang kecil, jamaah masjid telah belajar melayani dan mewadahi niat baik serta harapan dari kedua belah pihak, yakni para dermawan dan orang-orang yang butuh bantuan, agar bersama-sama bisa merasakan kebahagiaan versi mereka.

Urgensi Keberadaan Lembaga Filantropi Umat

Bagaimanapun, keberadaan sebuah lembaga yang menghimpun dan mengelola dana umat sangatlah diperlukan. Terlebih untuk sebuah negara seperti Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim yang mana ajaran agama mensyariatkan untuk berbagi kepada sesama melalui zakat, infak, sedekah, ataupun wakaf (ZISWAF).

Berdasarkan informasi yang pernah disampaikan oleh Kementerian Agama (Kemenag), potensi ZISWAF di Indonesia konon mencapai Rp 327 triliun per tahun. Dari tahun ke tahun, tren pengumpulan ZISWAF juga mengalami peningkatan.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menyampaikan hasil pengumpulan ZISWAF nasional tahun 2019 mencapai Rp 10,23 triliun, tahun 2020 meningkat menjadi Rp 12,43 triliun, tahun 2021 sebesar Rp 14 triliun, dan tahun 2022 mencapai Rp 22,43 triliun. Bahkan tahun 2023 lalu diproyeksikan bisa terkumpul dana hingga Rp 33,8 triliun[1].

Grafik pengumpulan dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) dari tahun ke tahun | Sumber gambar : dataindonesia.id diolah dari BAZNAS

Dengan potensi sebesar itu tentu diperlukan sebuah lembaga yang kredibel, berpengalaman, dan konsisten dalam melayani umat untuk mengambil peran. Terlebih golongan yang menunaikan maupun kelompok yang menjadi sasaran penyaluran  dana ZISWAF relatif tersebar merata di semua wilayah.

Mungkin ada wilayah dimana mayoritas masyarakatnya mampu secara ekonomi sehingga bisa menjadi muzakki, donatur, ataupun dermawan. Tetapi ada pula wilayah yang mayoritas penduduknya tidak mampu sehingga masuk dalam kategori mustahik atau penerima manfaat.

Sehingga keberadaan lembaga filantropi semacam ini diperlukan untuk memastikan pengumpulan dan pengelolaan berlangsung secara transparan, serta pendistribusian dana ZISWAF bisa tersebar secara adil dan merata untuk semua.

Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga filantropi  yang bertugas menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana ZISWAF telah memiliki pengalaman panjang di bidang ini. Masa usia yang sudah mencapai 31 tahun menjadi sebuah penegasan tersendiri bahwa mereka bisa dipercaya untuk menunaikan amanah.

Milestone Dompet Dhuafa 31 tahun menunjukkan bahwa mereka bukan lembaga newbie yang baru belajar melayani umat. Ada pengalaman disana, ada profesionalitas, juga totalitas untuk memberikan yang terbaik kepada umat.

Bukanlah tugas yang mudah untuk mengelola miliaran bahkan triliunan dana umat. Akan tetapi, Dompet Dhuafa mampu menunaikan amanah tersebut, dan ini dibuktikan dengan status opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terkait laporan keuangan lembaga dari Kantor Akuntan Publik yang berhasil diraih selama kurun waktu 17 tahun berturut-turut dari 2006 hingga 2022.

Komitmen Dompet Dhuafa Melayani Umat

Dompet Dhuafa berhasil manautkan kelompok muzakki, donatur, atau dermawan dari berbagai kalangan dengan para mustahik atau penerima manfaat yang juga berasal dari beragam latar belakang.

Dari waktu ke waktu, Dompet Dhuafa terus memperluas cakupan programnya, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga pemberdayaan masyarakat. Berbagai kelompok rentan pun telah menjadi sasaran pelayanan lembaga ini. Salah satu diantaranya adalah anak yatim/piatu dari keluarga dhuafa.

Melalui berbagai program pendidikan, beasiswa, dan bantuan kesejahteraan, Dompet Dhuafa berkomitmen memastikan bahwa anak-anak ini akan mendapat kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Program-program seperti “SMART Ekselensia Indonesia,” sebuah sekolah bebas biaya dengan kualitas tinggi, dan program beasiswa pendidikan lain telah membantu anak-anak yatim untuk melanjutkan pendidikan mereka.

Sampai dengan tahun 2023, SMART Ekselensia Indonesia telah meluluskan 522 siswa penerima manfaat dari program beasiswa tersebut. Komitmen ini tidak hanya membantu anak-anak yatim/piatu, tetapi juga memberikan dampak positif bagi keluarga dan orang-orang di sekitar mereka.

Arwan dan ibunya Gusmiyati, salah satu penerima beasiswa SMART Ekselensia Indonesia dari Dompet Dhuafa | Sumber gambar : www.dompetdhuafa.org

Testimoni dari Gusmiyati, Ibu dari seorang anak yatim bernama Arwan Priyanto Pamungkas, salah satu siswa penerima beasiswa SMART Ekselensia Indonesia, menegaskan dampak positif ini. “Alhamdulillah kebantu banget  sama anak saya yang kedua ini bisa masuk SMART EI. Kalau nggak, enggak tahu deh harus dari mana uangnya untuk masukin ke sekolah. Saya bangga sama Arwan. Sekolah jauh dari orang tua dan ada hasil yang membanggakan. Dari segi nilai laporan sekolah juga bagus-bagus. Kalau pulang ke rumah, kepercayaan dirinya juga meningkat. Tidak minderan kayak dulu.”[2].

Dompet Dhuafa memang sudah menapaki eksistensinya yang ke-31 tahun. Kita yang mencintai kemanusiaan seharusnya berucap syukur terhadap keberadaan sebuah lembaga mulia yang mampu bertahan lama. Karena dengan begitu akan ada semakin banyak manfaat yang ditebarkan, makin banyak senyuman yang dibagikan, serta lebih banyak lagi kemuliaan untuk disebarluaskan.

Pencapaian Dompet Dhuafa 31 tahun melayani umat sebenarnya adalah kado terindah untuk umat itu sendiri. Berkat Dompet Dhuafa yang berkenan melayani maka umat yang ingin berbagi dan umat yang butuh kontribusi bisa saling terhubung untuk menciptakan ukhwah islamiyah.

Pertanyaan sederhananya sekarang, sudahkah kita ikut ambil bagian untuk turut berkontribusi disana?

5 Langkah Mudah Berdonasi di Dompet Dhuafa

Kebaikan itu tidak cukup hanya diniatkan, tetapi juga harus dilaksanakan. Dalam rangka mempermudah para dermawan menyalurkan bantuan, donasi, atau membayar ZISWAF, Dompet Dhuafa telah menyediakan berbagai saluran donasi, termasuk melalui aplikasi digital.

Bagi generasi yang terbiasa dengan gawai atau gadget, platform apllikasi Dompet Dhuafa bisa menjadi opsi mudah untuk berdonasi dari mana saja dan kapan saja. Cukup bermodalkan smartphone di genggaman dan (tentu) saldo tabungan maka kita sudah bisa memberi sumbangsih untuk kemanusiaan.

Hanya dengan mengikuti beberapa langkah berikut ini saja maka donasi via Dompet Dhuafa sudah bisa dilakukan.

1. Registrasi:

    Untuk melakukan registrasi, kita cukup menjalankan beberapa tahapan berikut :

    • Unduh aplikasi Dompet Dhuafa dari Google Play Store atau Apple App Store.
    • Buka aplikasi dan lakukan registrasi dengan mengisi data diri seperti nama, email, dan nomor telepon.
    • Setelah registrasi selesai, verifikasi akun kita melalui email atau SMS.
    Aplikasi Dompet Digital

    2. Pilih Program Donasi:

    Kita bisa memilih berbagai jenis program donasi yang ditawarkan oleh Dompet Dhuafa mulai dari zakat, sedekah, wakaf, atau bahkan kontribusi untuk Palestina.

    • Masuk ke aplikasi Dompet Dhuafa.
    • Pilih program donasi yang ingin Anda dukung, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, atau bantuan darurat.
    • Setiap program memiliki penjelasan dan informasi mengenai target serta manfaat yang akan diberikan.
    Ragam pilihan program donasi

    3. Isi Formulir Donasi:

    Jangan khawatir masalah nominal, sebesar atau sekecil apapun kontribusi kita hal itu tetap akan memberikan manfaat.

    • Setelah memilih program, klik tombol “Donasi Sekarang”.
    • Isi formulir donasi dengan jumlah yang ingin Anda sumbangkan.
    • Pilih metode pembayaran yang tersedia, seperti transfer bank, kartu kredit, atau dompet digital.
    Para donatur sedekah

    4. Konfirmasi dan Transfer:

    Untuk pembayaran donasi kita bisa memilih via transfer bank atau lewat platform finance seperti DANA hingga GoPay.

    • Periksa kembali detail donasi kita.
    • Lakukan transfer sesuai dengan metode pembayaran yang dipilih.
    • Unggah bukti transfer jika diperlukan untuk konfirmasi pembayaran.
    Bukti pembayaran sedekah

    5. Pantau Donasi Anda:

    Sebagai bagian dari komitmen untuk transparansi pengelolaan dana, Dompet Dhuafa membuka seluas-luasnya informasi untuk dilihat oleh publik. Terkhusus para donatur atau mereka yang menyumbangkan sebagian miliknya untuk diberikan kepada yang membutuhkan.

    • Setelah donasi dikonfirmasi, Anda dapat memantau perkembangan dan penggunaan dana melalui aplikasi.
    • Dompet Dhuafa memberikan laporan berkala mengenai program yang Anda dukung.

    Melalui panduan ini, para dermawan akan dapat dengan mudah menyalurkan bantuan mereka dan ikut berpartisipasi dalam berbagai program kemanusiaan yang dijalankan oleh Dompet Dhuafa. Keterlibatan aktif dari masyarakat akan semakin memperkuat ukhuwah islamiyah dan memastikan bantuan dapat tersebar secara adil dan merata.

    Saya kira inilah kado terindah untuk ulang tahun Dompet Dhuafa ke-31 tahun, ketika umat saling memberikan manfaat. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.

    Maturnuwun,

    Agil Septiyan Habib

    NB : “Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”

    Refferensi :

    [1] https://dataindonesia.id/varia/detail/pengumpulan-zakat-di-indonesia-capai-rp2243-triliun-pada-2022

    [2] https://www.dompetdhuafa.org/sekolah-di-smart-ekselensia-pupuk-giat-arwan-angkat-derajat-keluarga-tanpa-ayah/

    Menyusun Perencanaan Produksi Berdasar Perspektif Islam

    Maksud dan tujuan utama dari dibuatnya perencanaan produksi (production planning) adalah untuk meningkatkan efisiensi serta produktivitas dari operasional sebuah bisnis.

    Sebuah industri, khususnya manufaktur, mungkin masih bisa beroperasi meski tanpa adanya sistem perencanaan produksi didalamnya. Hanya saja, jalannya operasional akan kurang terkendali.

    Produksi bisa berjalan. Pemenuhan permintaan pun bisa dilakukan. Akan tetapi, ada beberapa hal penting yang disadari atau tidak sebenarnya telah dikorbankan.

    Perencanaan Produksi sangat penting perannya dalam sebuah aktivitas bisnis | Ilustrasi gambar : bmgtraining.co.id

    Efek sampingnya, industri menjadi kurang kompetitif. Entah karena ongkos produksi yang mengalami pembengkakan, pemborosan sumber daya disana sini, hingga terjadi miskalkulasi pemenuhan permintaan pelanggan.

    Ketika industri yang beroperasi masih dalam skala kecil, barangkali situasi tersebut cenderung terabaikan dan seringkali dianggap tidak ada atau bahkan tidak pernah terjadi.

    Sayangnya, setiap pelaku Industri pastilah menginginkan bisnisnya terus bertumbuh dan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Sehingga, secara tidak langsung, pembiaran atau pengabaian atas ketidakefisiensian tersebut akan menjadi bahaya laten yang membahayakan industri dalam jangka panjang.

    Dengan kata lain, apabila sebuah industri berharap adanya perbaikan dalam dirinya maka aspek perencanaan produksi penting untuk diberikan porsi perhatian yang signifikan.

    Prinsip Mencegah Pemborosan

    Islam adalah solusi untuk segala hal. Meski mungkin dalam beberapa kajian disiplin ilmu tertentu yang tidak secara gamblang mendapatkan perhatian secara perspektif Islam, tidak berarti bahwa wawasan kearah sana tidak ada.

    Kita hanya perlu mengulik lebih dalam dan menggali lebih detail untuk mencari keterkaitan antara ilmu-ilmu Islam tersebut dengan kajian yang sudah cukup banyak dibicarakan di berbagai mimbar akademik ataupun di beberapa diskusi publik.

    Islam melarang umatnya untuk berperilaku boros | Ilustrasi gambar : thisiscolossal.com

    Satu hal yang menarik untuk dibahas disini adalah terkait dengan pemborosan. Pemborosan adalah salah satu hal yang paling dihindari dalam berbagai pengajaran tentang Islam. Bahkan Al-Qur’an dan hadits pun secara jelas menerangkan hal itu.

    Misalnya, pada Q.S. Al-An’am ayat 141 dimana Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu berlaku boros, karena sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlaku boros.”

    Mungkin selama ini kita cenderung memahami firman Allah SWT dan sabda Nabi SAW tersebut dalam konteks menjalani kehidupan pribadi masing-masing. Padahal, konteks perilaku boros bisa jadi merupakan bagian dari “penyakit” organisasi atau dalam hal ini kita sematkan pada tata kelola industri yang tidak efisien.

    Bahkan secara jelas ada ulasan khusus yang memfokuskan kajian industri dalam rangka menghindari praktik pemborosan tersebut. Yang dalam istilah industri lebih dikenal dengan sebutan waste.

    Terminologi waste ini bisa diibaratkan sebagai “musuh bersama” yang perlu dieliminir semaksimal mungkin karena keberadaannya yang secara langsung maupun tidak langsung telah menggerus capaian produktivitas dari sebuah industri.

    Efektivitas dan efisiensi aktivitas operasional berbanding terbalik dengan tingkat waste yang terjadi didalamnya.

    Perencanaan Produksi untuk Efisiensi

    Membuat perencanaan produksi adalah upaya preventif paling awal yang bisa dilakukan dalam mencegah inefisiensi sebuah proses. Karena bagaimanapun juga perencanaan produksi adalah titik start dalam keberlangsungan kegiatan operasional sebuah industri.

    Pemborosan bisa dicegah atau setidaknya diminimalkan agar tidak sampai membuat sumber daya yang dipergunakan terbuang sia-sia.

    Dengan kata lain, membuat perencanaan produksi yang baik merupakan penerapan dari prinsip mencegah pemborosan sekaligus implementasi nyata dari bagaimana ketakwaan itu diwujudkan dalam realitas kehidupan yang lebih luas, dalam hal ini adalah di lingkungan industri atau dunia usaha.

    Pengaturan produksi yang baik akan mencegah pemborosan | Ilustrasi gambar : usnewsper.com

    Untuk melihat korelasi langsung dari penyusunan rencana produksi dan efek yang ditimbulkannya terhadap laju pemborosan maka perlu ada klasifikasi terkait jenis-jenis waste yang terjadi pada keseluruhan aktivitas produksi tersebut.

    Yang paling umum dari klasifikasi ini adalah seven waste dan meliputi over production atau produksi berlebih, waiting atau menunggu, transportation atau transportasi, unnecessary processing atau proses yang tidak perlu, inventory atau persediaan, motion atau gerakan, dan defect atau cacat.

    Over Production

    Kita mulai dari over production atau produksi berlebih. Mungkin ada yang bertanya-tanya, produksi berlebih memang apa ruginya? Kan masih bisa dijual? Itu betul, memang bisa dijual. Tapi, berapa lama? Apakah akan terjual cepat atau butuh waktu cukup lama?

    Ini bukan persoalan bisa dijual atau tidak. Namun, menyangkut efisiensi persediaan barang. Produk atau barang yang diproduksi dalam jumlah berlebih akan menjadi beban penyimpanan. Apalagi ketika untuk menghabiskannya membutuhkan waktu lama.

    Space gudang yang harusnya bisa dipergunakan untuk menyimpan barang lain (yang berpotensi lebih cepat dijual) menjadi terkendala. Belum lagi diperlukan alokasi biaya khusus untuk perawatan barang selama penyimpanan (misal barang dengan treatment ruang pendingin, dan sejenisnya).

    Semakin besar jumlah produksi berlebih terjadi maka akan semakin mengurangi tingkat efisiensi dari operasional sebuah industri. Jelas ini merupakan tindakan pemborosan yang tidak layak dilakukan.

    Waiting

    Apa imbasnya jika sampai terjadi situasi dan kondisi ini ? Khususnya di lingkungan operasional sebuah unit bisnis. Kesia-siaan waktu? Iya, akan ada waktu yang terbuang percuma tanpa hasil yang produktif.

    Padahal, waktu merupakan modal yang sangat berharga bagi dunia usaha. Time is money. Ajaran Islam sendiri memberi penegasan secara gamblang mengenai pentingnya waktu. Sampai-sampai Allah SWT sendiri bersumpah atas nama waktu. Demi masa.

    Ketika sebuah proses industri sampai membiarkan terjadinya pemborosan waktu maka ongkos yang harus ditanggung akan sangat besar. Industri harus membayar upah lembur. Atau menambah sumber daya baru untuk meningkatkan kapasitas produksinya.

    Karena bagaimanapun juga waktu tidak bisa diulang.

    Satu hari akan selalu sama sebanyak 24 jam. Tidak kurang, tidak lebih. Saat ada target produksi untuk memenuhi permintaan yang harus rampung dalam kurun waktu tersebut maka kita harus seoptimal mungkin memberdayakan waktu tersisa.

    Apabila pada sisa waktu yang ada semakin banyak dibiarkan dengan aktivitas menunggu atau waiting maka dampaknya akan panjang. Pemenuhan permintaan gagal memenuhi target delivery, keterlambatan pengiriman, pembengkakan biaya produksi, hingga kehilangan konsumen.

    Perencanaan produksi memiliki peran krusial untuk mengeliminir waktu tunggu menjadi seminimal mungkin. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa planner hanyalah salah satu kepingan penunjang proses untuk membuat aktivitas operasional yang efektif dan efisien.

    Biarpun begitu, planner harus melihat setiap celah pemborosan waktu yang mungkin terjadi sepanjang penjadwalan produksi dibuat.

    Ketika menjadwalkan produk di sebuah mesin produksi, saya umumnya meletakkan setidaknya dua produk atau lebih dalam antrian. Sehingga ketika item pertama mengalami kendala teknis untuk dijalankan, tim produksi bisa “lompat” ke item berikutnya. Tentu melalui konfirmasi terlebih dahulu kepada planner.

    Planner biasanya memiliki setumpuk antrian produk untuk dijalankan di suatu mesin. Dengan begitu seharusnya tidak ada alasan untuk membiarkan sebuah fasilitas berhenti beroperasi dan menunggu dalam waktu lama untuk beroperasi kembali.

    Transportation

    Transportasi, termasuk didalamnya adalah aktivitas material handling atau pemindahan material atau pemindahan barang. Aktivitas ini umumnya tidak memberikan nilai tambah secara langsung dalam penciptaan suatu produk. Akan tetapi perannya sangat krusial untuk memastikan produksi berjalan.

    Saya ambil contoh, penggunakan mesin conveyor di sebuah proses produksi pada dasarnya hanya berperan mengalirkan barang dari satu lini produksi ke lini produksi yang lain. Atau dari lini produksi ke lini penyimpanan (gudang).

    Dalam aktivitas tersebut, bisa dibilang conveyor tidak memberikan nilai tambah apapun. Hanya saja, tanpa keberadaannya maka rangkaian proses tidak akan bisa dituntaskan.

    Selain itu, pemindahan barang menggunakan forklift atau kendaraan pengangkut lain juga tidak memberikan nilai tambah apapun pada produk. Hanya saja keberadaannya penting untuk menjembatani rangkaian proses.

    Masalah yang berpotensi terjadi disini adalah terjadinya aktivitas transportasi tidak efisien. Misalnya, ketika forklift seharusnya bisa melakukan sekali tarikan tapi justru melakukan dua kali atau lebih tentu akan ada energi terbuang disana. Konsumsi solar akan lebih banyak. Atau tenaga listrik lebih besar. Ini tentu merupakan pemborosan.

    Sekilas, planner sepertinya tidak memiliki peranan apapun untuk mempengaruhi situasi ini. Padahal planner juga bisa turut campur tangan. Seperti membuat pengaturan jadwal produksi dengan variasi produk yang minimal sehingga ketika transfer produk akhir dilakukan maka forklift tidak menempuh rute berlebihan.

    Saya berikan simulasi begini. Planner membuat jadwal produksi untuk produk A dan produk B di mesin X. Lokasinya terletak di lantai produksiproduksi.

    Hasil produk tersebut akan ditransfer ke gudang Y pada lokasi Y1 dan Y2. Sehingga forklift harus berpindah dari lokasi mesin X menuju gudang Y1 untuk menaruh produk A dan ke gudang Y2 untuk menaruh produk B.

    Apabila saya sebagai planner menambahkan produk C yang lokasi penyimpanannya di gudang Y3 ke dalam jadwal antrian produksi, maka forklift harus menuju rute Y3 juga dalam perjalanannya.

    Bagaimana seandainya planner menambah jadwal produksi untuk mesin M, N, dan produks D, E, F, dan seterusnya. Tentu aktivitas transportasi ikut bertambah.

    Bukan hal yang dilarang juga bagi planner untuk menjadwalkan banyak produk sekaligus, terlebih ketika hal itu diperlukan. Hanya saja, dengan meminimalkan variasi produk dalam satu periode produksi maka hal itu akan sangat membantu mereduksi rute tempuh peralatan atau fasilitas transportasi kita.

    Unnecessary Processing

    Secara umum, aktivitas “proses” merupakan domain dari tim produksi. Khususnya yang berhubungan dengan proses menciptakan sebuah produk. Dengan demikian maka wajar kiranya apabila waste yang terkait dengan proses-proses tidak perlu (unnecessary processing) lebih patut diwaspadai terjadinya disana.

    Namun, anggapan itu sebenarnya tidak sepenuhnya tepat. Perencanaan produksi yang bermasalah bisa ikut andil dalam terjadinya waste ini. Meski mungkin tidak menjadi penyebab langsungnya.

    Dalam beberapa kesempatan membuat perencanaan produksi, saya pernah memberikan informasi yang kurang lengkap untuk pengerjaan suatu jenis produk. Kebetulan terdapat dua jenis produk yang secara deskripsi mirip. Keduanya hanya berbeda jumlah isi dalam satu kemasan karton saja.

    Contohnya, produk A adalah detergen cuci kemasan botol varian warna pink dengan isi 8 pieces botol per karton. Sedangkan ada produk B dengan varian serupa cuma isinya adalah 12 pieces botol dalam satu karton.

    Nah, waktu itu saya tidak secara spesifik menyebutkan isi dari jadwal produksi yang saya sampaikan kepada tim produksi. Dalam lembar rencana produksi harian hanya tertera nama detergen botol varian warna pink dengan berat 1,5 liter. Tanpa saya sadari ternyata ada kekurangan pencantuman informasi perihal isi botol dalam satu kartonnya.

    Alhasil, supervisor produksi yang bertugas waktu itu (yang memang orang baru) salah menafsirkan bahwa produk yang saya jadwalkan sebagai detergen warna pink isi 12 pieces per karton. Sementara yang saya maksudkan sebenarnya adalah detergen botol warna pink 1,5 liter isi 8 pieces.

    Peristiwa itu baru ketahuan keesokan harinya saat produksi sudah mencapai beberapa ratus karton produk.

    Padahal untuk produk varian isi 12 tersebut sedang tidak ada permintaan. Disisi lain, ada keterbatasan jumlah stok material untuk memproduksi produk tersebut kembali.

    Pada akhirnya saya pun harus meminta maaf atas peristiwa miskomunikasi yang terjadi. Produk yang kadung jadi terpaksa harus diproses ulang dengan melakukan penggantian karton box dari isi 12 ke isi 8.

    Inilah aktivitas proses yang semestinya bisa dihindari. Terlebih sebab terjadinya bermula dari perkara sepele yakni tidak lengkapnya planner menyampaikan informasi dalam jadwal rencana produksi terkait dengan spesifikasi produk.

    Inventory

    Persediaan atau inventory yang menumpuk di gudang penyimpanan suatu perusahaan adalah salah satu musuh terbesar dan sebisa mungkin dihindari. Khususnya bagi perusahaan yang menerapkan model bisnis TOP atau Term Of Payment.

    Model bisnis TOP ini mengharuskan pembayaran dilakukan oleh perusahaan penerima barang terhitung sejak beberapa waktu setelah barang tersebut diterima. Dengan kata lain, semakin banyak barang yang diterima maka kalkulasi tagihan akan menumpuk.

    Lantas masalahnya dimana ?

    Jikalau barang tersebut adalah jenis material yang kita terima dari suplier, maka terhitung waktu setelah kita menerima barang tersebut (misalnya satu hari kemudian) argo tagihan mulai dihitung.

    Model bisnis semacam ini terbilang menguntungkan bagi perusahaan apabila siklus pengeluaran produknya terjadi cukup cepat.

    Sehingga material yang sudah masuk bisa terus diproses hingga menjadi produk siap jual untuk kemudian dibayarkan pada tagihan TOP material.

    Semakin cepat perputaran penjualan produk, sedangkan tagihan TOP sudah terjadwal rutin tenggat waktunya maka keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut akan semakin besar.

    Bisa dibilang juga bahwa pengusaha dengan model bisnis tersebut sebenarnya tidak mempergunakan modal samasekali (untuk pembelian material) dalam menjalankan bisnisnya. Itu dengan catatan ritme penjualan produk dan penggunaan material terjadi secara berkesinambungan.

    Setiap kali ada material yang mengendap tidak terpakai atau jeda waktu penyimpanan dan pemakaiannya cukup lama, maka perusahaan harus tetap membayar TOP sedangkan untuk penjualan produk tersebtu sendiri lebih lambat dari TOPnya. Efeknya adalah kas perusahaan akan terkuras.

    Lalu apa kaitannya dengan inventori ?

    Ketika sebuah produk hendak dijadwalkan untuk produksi, ada konsekuensi dimana planner atau melalui tim inventory controller untuk menjadwal masuk material-material pendukungnya. Yang mana dalam beberapa kasus terdapat kesepakatan antar perusahaan dimana ada batas minimal pengiriman untuk produk tersebut.

    Saat planner gagal memperkirakan rencana produksi yang berdampak adanya produk tertentu yang tidak perlu diproduksikan pada periode tersebut, maka material yang kadung dijadwalkan akan menimbulkan beban persediaan.

    Dalam hal ini, mau tidak mau kalkulasi TOP akan terjadi tanpa adanya perimbangan bahwa produk akhir dari material tersebut akan terjual.

    Selain itu, kesalahan perencanaan produksi (misalnya kelebihan menginformasikan jumlah unit yang harus diproduksi) berisiko menciptakan biaya tambahan untuk perawatan produk yang dihasilkan.

    Ini tentu juga merupakan bagian dari pemborosan itu sendiri. Andaikan tidak terjadi kelebihan jumlah produk saat produksi, maka tidak perlu ada biaya dikeluarkan untuk merawat produk tersebut.

    Motion

    Terkait dengan waste ini mungkin planner tidak memberi andil, karena menyangkut aktivitas teknis yang bersentuhan langsung dalam penciptaan suatu produk.

    Defect

    Untuk produksi defect atau rusak memang sangat ditentukan oleh seberapa baik proses penciptaan produk dijalankan. Perencanaan produksi maksimalnya hanya nggupuhi atau membuat pihak produksi menjadi terburu-buru untuk menuntaskan produksinya.

    Sebenarnya, apabila kontrol terhadap proses dijalankan secara tepat maka perencanaan produksi tidak bisa disebut ikut ambil bagian.

    Pada dasarnya nilai-nilai Islam memang ada dimana-mana, termasuk perihal pekerjaan dan fungsi perencanaan produksi. Dengan adanya hal itu seharusnya kita bisa menjadi lebih paham bahwasanya pekerjaan akan benar-benak bernilai ibadah manakala kita menjalankan sesuai dengan tuntunan nilai tersebut.

    Maturnuwun,

    Agil Septiyan Habib

    Sinergi Pajak, Beasiswa, dan Pendidikan Gratis : Mewujudkan Akses Pendidikan untuk Semua

    Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 Ayat 2 Tentang Hak Warga Negara menyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Seiring ketentuan wajib belajar 12 tahun sebagaimana ditetapkan sejak 2015, maka kini setiap warga negara Indonesia (seharusnya) bisa merasakan pendidikan setidak-tidaknya hingga jenjang SMA secara gratis.

    Beasiswa Memberikan Kesempatan Pendidikan Terjangkau | Ilustrasi gambar : ubl.ac.id

    Akan tetapi, dalam praktiknya kita tahu bahwa situasinya masih belum ideal. Persentase tamatan sekolah di jenjang wajib belajar bahkan masih belum mencapai separuh jumlah penduduk kita. Menurut laporan Statistik Kesejahteraan Rakyat 2023 Badan Pusat Statistik (BPS), pemegang ijazah SMA di tahun lalu baru mencapai 30,22%, diikuti tamatan SD (24,62%), SMP (22,74%), lulusan perguruan tinggi (10,15%), tidak tamat SD (9,01%), dan yang tidak/belum sekolah (3,25%)[1].

    Seandainya persentase pemegang ijazah pendidikan tinggi dan tamatan SMA digabungkan sekalipun, jumlahnya masih belum sampai 50%. Jika dibandingkan dengan negara Kanada yang pada tahun 2023 lalu 60% penduduknya berhasil menamatkan pendidikan tinggi, kita terlihat masih belum ada apa-apanya.

     Terkait hal ini, biaya pendidikan memang masih menjadi persoalan. Meskipun anggaran pendidikan terus meningkat dari tahun ke tahun, jumlahnya masih jauh dari cukup.

    Pada tahun 2023, anggaran pendidikan Indonesia sebesar 612,2 triliun rupiah (+/- USD 40 miliar, kurs 15.000 rupiah per dollar), yang jika dibagi per kapita hanya sekitar USD 147. Bandingkan dengan Kanada, yang mana anggaran pendidikan negara tersebut kabarnya mencapai USD 51 miliar dengan jumlah penduduk 39 juta jiwa. Dengan demikian anggaran pendidikan per kapita Kanada mencapai USD 1.309 , atau hampir sembilan kali lipat anggaran pendidikan per kapita kita.

    Dengan kondisi seperti ini, sulit mengharapkan pendidikan gratis akan dapat terealisasi di republik ini. Setidaknya dalam waktu dekat.

    Meskipun situasinya tampak jauh sekali dari yang kita harapkan, program pendidikan gratis sebenarnya tetap berhasil direalisasikan hanya saja dalam lingkup terbatas melalui beasiswa.

    Pemerintah memberikan berbagai beasiswa melalui kementerian dan lembaga, seperti Beasiswa Kemendikbudristek, Beasiswa Kemenag, hingga Beasiswa LPDP. Menurut Data BPS, pemberian beasiswa meningkat pesat dari 3,89% pada 2009 menjadi 20,14% pada 2021[2] . Jika tren ini terus berlanjut, maka akan semakin banyak warga Indonesia yang bisa menempuh pendidikan secara gratis atau dengan biaya ringan.

    Pajak sebagai Sumber Dana Pendidikan

    Pendanaan pendidikan, sangat bergantung pada penerimaan pajak. Menurut OCBC, 80% pendapatan negara diperoleh dari pajak. Mulai dari Pajak Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Bea dan Cukai, Pajak Bea Masuk dan Keluar, serta beberapa jenis pajak lainnya[3]. Ini berarti besaran beasiswa sangatlah dipengaruhi oleh penerimaan pajak.

    Namun, sayangnya, penerimaan pajak di Indonesia masih belum maksimal. Salah satunya karena masih rendahnya kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak[4]. Apabila kita menginginkan pendapatan yang lebih besar dari sektor pajak, maka tingkat kepatuhan inilah yang mesti diperbaiki.

    Studi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkorelasi positif terhadap kepatuhan wajib pajak[5].  Ini menunjukkan bahwa meningkatkan pendidikan akan dapat membantu mengerek penerimaan negara dari pajak.

    Siklus Positif antara Pajak dan Pendidikan

    Pendidikan adalah eskalator sosial ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar kesempatan kerja dan pendapatannya, yang pada akhirnya meningkatkan taraf ekonominya. Meski mungkin tidak bisa dipukul rata, akan tetapi orang-orang berpendidikan lebih baik umumnya akan berhasil menggapai kondisi ekonomi yang lebih baik pula dibanding mereka yang tidak atau kurang terdidik.

    Misalnya, buruh kasar, kuli angkut, dan pekerja berat lainnya seringkali hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar. Jangankan untuk membeli rumah, sekadar untuk makan saja susah. Apalagi memikirkan bayar pajak ke negara.

    Sementara itu, mereka yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi. Seperti, pegawai negeri, karyawan kantoran, atau pemilik profesi lain dengan latar belakang pendidikan mumpuni.

    Kelompok terdidik ini juga berkontribusi besar terhadap penerimaan pajak. Setiap bulan mereka membayar Pajak Penghasilan (PPH) dari gaji. Ketika kondisi mereka semakin mapan, mereka membeli rumah yang setiap tahun harus dibayar PBB-nya. Ketika memiliki kendaraan, mereka membayar pajak kendaraannya. Bahkan saat berbelanja dan makan di restoran pun mereka dikenakan PPN.

    Pajak yang diterima negara tersebut kemudian digunakan untuk menyokong pendidikan. Kemudian, pendidikan yang baik akan mendorong perbaikan ekonomi masyarakat, yang pada gilirannya akan menstimulus pendapatan negara melalui pajak, sehingga menciptakan siklus positif menuju kemajuan bangsa.

    Sinergi antara pajak, beasiswa, dan pendidikan gratis sangat penting untuk meningkatkan akses pendidikan di Indonesia. Dengan meningkatkan penerimaan pajak dan alokasi anggaran yang lebih baik, diharapkan lebih banyak warga negara Indonesia dapat menikmati pendidikan berkualitas tanpa harus terbebani biaya tinggi.

    Jadi, yuk lebih taat membayar pajak.!

    Maturnuwun,
    Agil Septiyan Habib

    Referensi:
    [1] Data BPS 2023 – Tamatan Tingkat Pendidikan Warga Indonesia
    [2] Data BPS 2022 – Penerima Beasiswa Berdasarkan Jenjang Pendidikan
    [3] OCBC – Sumber Pendapatan Negara
    [4] Pajakku – Alasan Rendahnya Penerimaan Pajak Indonesia
    [5] Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi (JIMAT) Universitas Pendidikan Ganesha, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Kewajiban Moral dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor”, Vol: 11 No: 1 Tahun 2020, e-ISSN: 2614-1930

    JNE 33 Tahun (Lagi) : Mengarungi Tantangan dengan Kreativitas

    Emak, demikian saya memanggil Ibu mertua saya, sudah berjualan nasi uduk sejak lama. Yakni sekitar pertengahan tahun 90-an, atau pasca beliau memutuskan keluar dari profesi lamanya sebagai buruh pabrik.

    Bertahun-tahun beliau jualan nasi uduk dengan beberapa kali pindah lokasi. Mulai di dekat perempatan jalan besar, sampai di pinggiran sekolahan. Baru pada tahun 2020 kemarin beliau menggelar lapak dagangan di depan rumah seiring dihentikannya kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah akibat pandemi Covid-19.

    Lapak Jualan Nasi Uduk Emak di Depan Rumah | Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi

    Hampir sepanjang tahun beliau menjalankan aktivitas berjualan nasi uduk, kecuali saat momen Ramadan datang ketika beliau mengganti lapak dagangannya dengan berjualan bakso.

    Itu beliau lakukan karena jumlah peminat nasi uduk selama bulan puasa sangat jauh berkurang dibanding hari-hari biasa.

    Disisi lain, tuntutan memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan harian masih tetap ada. Apalagi ketika mendekati momen lebaran. Biaya hidup juga semakin tinggi. Belum lagi adanya “tuntutan” dari cucu-cucu kecil beliau yang setiap kali datang hampir selalu minta jajan tanpa kompromi.

    Namun, pada momen Bulan Ramadan kemarin situasinya bisa dibilang tidak mudah. Jika pada tahun-tahun sebelumnya Emak hampir selalu mengantongi penghasilan diatas seratus ribu rupiah setiap malamnya dari berjualan bakso, Ramadan tahun ini beliau hanya memperoleh penghasilan paling banyak sekitar tiga puluh ribu rupiah saja.

    Bahkan pernah beberapa hari tidak ada pembeli yang datang samasekali.

    Mungkin inilah yang sering disebut dengan penurunan daya beli. Tapi itulah yang terjadi dan mesti Emak hadapi.

    Emak Berjualan Bakso di Malam Bulan Ramadan | Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi

    Emak pun memutar otak untuk mencari jalur pemasukan lain. “Kebon” dekat rumah yang beliau tanami dengan beberapa jenis buah dan sayur seperti pisang, durian, dukuh, melinjo, nangka, hingga rambutan pun dipelototi.

    Meskipun jumlahnya tidak seberapa, paling tidak, ketika tanaman itu berbuah akan bisa memberi sedikit sumbangsih penghasilan.

    Kebetulan, waktu itu buah dukuh dan rambutan Emak sedang berbuah. Bapak dan adik ipar laki-laki saya bertugas mengunduh buah dukuh dan rambutan dari pohon. Sementara saya dan istri membantu memasarkannya. Alhamdulillah, hasilnya cukup bisa menggantikan penghasilan dari jualan bakso yang sedang sepi.

    Buah Dukuh dan Rambutan Siap untuk Dipasarkan | Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi

    Barangkali situasinya akan sangat berbeda manakala Emak tidak berupaya adaptif dan fleksibel menghadapi perubahan yang tidak disangka-sangka itu. Terlepas dari adanya dampak pandemi, pengaruh situasi ekonomi, ataupun yang lainnya, tetap saja perlu keuletan agar bisa bertahan melalui situasi semacam itu.

    Teresa Amabile, seorang akademisi asal Amerika Serikat pencetus model Componential of Creativity, menyebutkan bahwa kemampuan individu untuk beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi tantangan serta situasi yang berubah-ubah merupakan bentuk kreativitas.

    Kreativitas diperlukan untuk mengarungi tantangan dan masa-masa sulit. Juga untuk mencari celah kesempatan dari setiap dinamika perubahan zaman.

    Seperti halnya Emak, faktor kreativitas ini jugalah yang menjadi kekuatan utama JNE dalam mengarungi tantangan dari masa ke masa sehingga bisa bertahan 33 tahun lamanya semenjak didirikan oleh Bapak Soeprapto Suparno pada 26 November 1990 silam.

    Pembuktian Kreativitas JNE

    Ujian merupakan bagian dari kehidupan. Siapapun pasti akan mengalaminya. Cuma, yang membedakan adalah jenis ujian tersebut dan bagaimana kita meresponnya.

    Sama halnya dengan dinamika ujian hidup yang dialami oleh Emak, JNE pun menghadapi situasi serupa. Meski tentu dalam konteks yang berbeda.

    Eksistensi JNE semenjak didirikan 33 tahun lalu pastilah bukan tanpa hambatan samasekali. Ada lika-liku zaman yang menguji seberapa kuat tekad organisasi tersebut untuk bertahan serta bangkit dari keterpurukan.

    Apalagi kita semua tahu bahwa semenjak awal tahun 90-an, saat JNE didirikan, sampai dengan tahun 2024 ini telah terjadi setidaknya tiga peristiwa besar yang sangat menguji ketangguhan para pelaku bisnis. Mulai dari krisis moneter (krismon) 1998, krisis ekonomi global 2008, hingga pandemi Covid-19 tahun 2020.

    Namun, justru pada momen-momen krusial itulah segenap elemen JNE berhasil mencapai milestone mengesankan yang sangat menentukan eksistensi organisasi tersebut sampai sekarang.

    Misalnya,  layanan JNE YES (Yakin Esok Sampai) yang diperkenalkan pada sekitaran tahun 1999 atau tidak berselang lama pasca masa krismon 1998 terjadi.

    Begitupun dengan tahun 2008 saat krisis ekonomi global melanda. JNE malah meluncurkan aplikasi mobile pertamanya, yang ditujukan untuk memberi kemudahan layanan kepada para pelanggan melalui perangkat mobile mereka.

    Bisa dibilang, peluncuran aplikasi tersebut merupakan langkah revolusioner seiring era digital yang kala itu baru memasuki fase-fase awal perkembangannya di Indonesia. Menjadi pioner dari sebuah era baru tentu bukan pencapaian sembarangan.

    Demikian halnya ketika pandemi Covid-19 melanda. JNE bergegas melakukan transformasi digital demi memperkuat pelayananannya ke publik. Kemunculan JNE cashless menjadi jawaban atas kebutuhan transaksi non tunai yang makin meningkat seiring adanya kebutuhan transaksi lebih cepat dan aman semasa pendemi.

    Kerja sama JNE dan Lazada Hadirkan Layanan Cashless untuk Menjawab Tantangan Pasca Pandemi| Sumber gambar : industri.kontan.co.id

    Beberapa upaya mengarungi periode krisis besar tersebut bisa dibilang berhasil. Buktinya, JNE bisa terus eksis hingga kini. Membuatnya bertahan hingga 33 tahun lamanya. Hal ini sekaligus merupakan pembuktian kreativitas JNE bahwasanya mereka sanggup menghadapi segala bentuk tantangan yang datang.

    Akan tetapi, harus diingat bahwa tantangan besar berikutnya masih menanti. Masa depan lebih banyak menyisakan ketidakpastian dan misteri. Entah akan ada krisis macam apa lagi suatu hari nanti. Hanya sebatas prediksi samar tentang masa depanlah yang bisa kita amati dan cermati.

    Meskipun begitu, sepertinya JNE tidak akan mau ketinggalan start. Apalagi kini sudah semakin mengemuka perihal pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), Internet of Thing (IoT), teknologi drone, dan lain sebagainya untuk bisnis. Khususnya di bidang logistik dan pengiriman.

    Belum lagi menggalaknya isu-isu kepedulian lingkungan, sustainability, green economy, dan sejenisnya dalam pengelolaan sebuah industri.

    Era baru sudah menjelang di depan mata. Pertanyaannya sekarang, siapa yang sudah siap untuk menyambutnya?

    3 Visi 3 Teknologi

    Semua bidang industri akan senantiasa dituntut kreatif menangkap peluang yang ditawarkan zaman. Perkembangan teknologi adalah salah satu hal yang mesti diberdayakan dengan tepat dan bijak agar mampu bersaing mengikuti perubahan.

    Dalam hal ini, setidaknya ada tiga hal penting yang bisa kita pandang sebagai cikal bakal masa depan dari dunia logsitik dan pengiriman.

    1- Green Economy dan Kendaraan Listrik

      Hampir semua orang tahu bahwa kondisi bumi kita sedang tidak baik-baik saja. Seruan peduli lingkungan sudah menjadi sesuatu yang masif dilakukan. Bahkan beberapa pihak tidak segan memberlakukan sanksi tegas manakala ada pihak lain yang dinilai abai terhadap hal ini.

      Wacana tentang ekonomi sirkular, green economy atau praktik ekonomi yang berbasis pada upaya penyelamatan lingkungan semakin menjadi landasan perkembangan industri ke depan. Beberapa perjanjian bahkan sudah disepakati.

      Praktik bisnis ramah lingkungan akan menjadi pilihan utama. Kendaraan listrik yang meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil akan dipandang sebagai solusi.

      Para pelaku industri logistik seperti JNE tentu harus menyadari hal ini serta menangkap peluang didalamnya. Misalnya dengan menawarkan layanan pengiriman khusus “paket hijau” kepada konsumen untuk mengajak serta masyarakat menyelamatkan lingkungan.

      2- Layanan 24 Jam Pengiriman dan Kendaraan Pintar

      Era digital memungkinkan terpangkasnya batasan ruang dan waktu, sehingga interaksi bisa dilakukan 24 jam penuh. Dalam industri logistik dan pengiriman, pada umumnya aktivitas pengiriman hanya dilakukan pada jam-jam kerja saja. Atau mungkin sedikit diatas jam kerja yang berlaku karena keterbatasan tenaga manusia tidak bisa diforsir bekerja 24 jam penuh.

      Kalaupun memberlakukan sistem kerja shift tentu ada biaya tambahan yang harus ditanggung. Sementara itu semakin kesini kebutuhan kita cenderung tidak mengenal waktu.

      Kehadiran teknologi cerdas seperti AI, IoT, dan Internet berkecepatan tinggi semakin memungkinkan hadirnya kendaraan swakemudi (smart vehicle) yang tidak membutuhkan kendali dari manusia.

      Dengan adanya teknologi pintar tersebut maka tidak menutup kemungkinan aktivitas logistik dan pengiriman bisa dilakukan 24 jam tanpa henti. Meski mungkin untuk saat ini regulasinya belum siap, tetapi siapa tahu dalam beberapa tahun ke depan hal itu bisa terjadi.

      Sepuluh tahun lagi mungkin ? Atau 33 tahun lagi?

      3- Full Connected dan Drone Last-Mile

      Negara Indonesia diberkahi dengan wilayah yang unik dengan ribuan kepulauan dan juga pegunungan serta perbukitan. Disatu sisi, hal itu membuat negeri kita terlihat indah. Namun, disisi lain kondisi tersebut sebenarnya mengahdirkan tantangan yang tidak mudah.

      Khususnya ketika mengirimkan barang menuju tempat-tempat yang sukar dijangkau oleh transportasi konvensional pada umumnya.

      Akan tetapi, perkembangan teknologi drone yang semakin pesat seharusnya bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Semua tempat akan lebih mungkin dijangkau dengan lebih mudah berkat teknologi itu.

      Drone memungkinkan kita menjangkau area-area sulit sehingga meningkatkan kecepatan waktu pengiriman. Disamping itu, drone cenderung lebih ramah lingkungan karena umumnya sudah memberdayakan energi matahari sebagai sumber tenaganya.

      Memang masih ada hambatan mengenai beberapa hal seperti regulasi, keterbatasan muatan, atau biaya investasi yang cukup mahal. Hanya saja seiring berjalannya waktu sepertinya kendala tersebut akan teratasi.

      Penggunaan Drone untuk Pengiriman ke Wilayah Sulit Dijangkau | Sumber gambar : Freepik.com / user6702323 / futuramo.com

      JNE sebagai pemain utama dalam industri logistik dan pengiriman pasti melihat dan menyadari situasi ini. Terlebih di usianya yang sudah 33 tahun tentu ada kematangan dalam melihat masa depan.

      Kreativitas yang dimiliki JNE sudah teruji selama ini. Dan hal itu mesti dibuktikan kembali agar JNE tetap eksis (setidaknya) dalam waktu 33 tahun lagi.

      Dirgahayu JNE.

      #JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya

      Maturnuwun,

      Agil Septiyan Habib

      Perlindungan Masa Depan Bisnis : Menghadapi Ancaman Cyber dengan Solusi Pentest Widya Security

      Paruh kedua tahun 2019 yang lalu dunia, termasuk Indonesia, sangat dipusingkan oleh serangan pandemi Covid-19. Bukan hanya sektor kesehatan yang luluh lantak seiring banyaknya korban jiwa manusia, tetapi juga sektor ekonomi berada di ambang bencana. Mayoritas pelaku usaha terpaksa menghentikan operasinya. PHK terjadi dimana-mana.

      Namun, tidak sedikit juga yang percaya bahwa masa itu merupakan tipping point dari teknologi digital yang semakin masif perkembangannya dan menegaskan eksistensi di dalam berbagai sektor kehidupan kita. Work From Home (WFH), online meeting, sekolah daring, dan lain sebagainya menjadi sesuatu yang makin jamak ditemui.

      Digitalisasi menjadi keharusan, khususnya bagi para pelaku usaha yang getol beralih dari pola kerja manual menuju pola kerja digital. Para pelaku usaha di segala tingkatan saling berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam peradaban digital.

      Keamanan cyber di era digital sangatlah krusial | Ilustrasi gambar : Freepik.com / DC Studio

      Perusahaan tempatku bekerja juga berpandangan demikian. CEO perusahaan bahkan berulang kali mengompori anak buahnya untuk melihat betapa kerennya google setelah beberapa kali kunjungannya kesana. Teknologi digital adalah pilar krusial bagi perusahaan di masa depan.

      Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, kebutuhan akan sebuah sistem terintegrasi digital Enterprises Resource Planning (ERP) sangatlah penting dalam upaya kerja operasional perusahaan agar semakin produktif, efektif, dan efisien.

      Dalam hal ini perusahaan tempatku bekerja sudah menggunakan Microsoft Dinamix AX sebagai sistem manajemen operasional perusahaan. Melalui penggunaan sistem ERP tersebut diharapkan akan mereduksi beberapa aktivitas kerja manual yang selama bertahun-tahun sebelumnya dikerjakan.

      Sistem ERP di Microsoft Dinamix AX | Sumber gambar : dokumentasi pribadi

      Ada empat Plant dan satu Head Office yang terkoneksi dalam sistem ERP kami. Harapan untuk menjadi perusahaan manufaktur modern pun makin membentang.

      Namun, sebuah peristiwa tidak mengenakkan terjadi kemudian. Tepatnya di sekitaran tahun 2019 sebelum Indonesia ramai oleh pandemi Covid-19 ketika sebuah serangan cyber (cyber attack) melumpuhkan sistem ERP perusahaan. Data-data penting perusahaan dari tahun-tahun sebelumnya menghilang.

      Aku kurang tahu tepatnya itu serangan langsung atau infeksi virus yang dikirimkan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Tapi yang pasti perusahaan terpaksa mengalami gangguan selama beberapa waktu.

      Transaksi yang biasanya berjalan melalui sistem ERP terpaksa untuk sementara beralih ke mode manual. Ibarat kata, kembali lagi ke zaman batu. Meski tidak terlalu manual-manual juga karena masih menggunakan aplikasi Microsoft Excel sebagai alat bantu.

      Peristiwa tersebut cukup menguras emosi dan tenaga kami. Para karyawan, khususnya tim administrasi terpaksa harus bekerja lembur berhari-hari untuk melakukan input ulang data ke dalam sistem.

      Belum lagi keluh kesah dari tim penjualan yang tertunda pengiriman barangnya karena hambatan teknis sistem untuk urusan administrasi pengeluaran barang. Entah berapa puluh atau ratus juta yang menguap gegara masalah tersebut.

      Tim IT pun terlihat sibuk menutup celah keamanan; mencari biang kerok masalah; dan melakukan beberapa pertemuan dengan segenap pemimpin perusahaan. Singkat kata, ini adalah masalah keamanan cyber yang kebobolan.

      Keamanan Cyber

      Jumlah serangan cyber terus meningkat setiap tahunnya. Laporan Veizon Data Breach Investigation 2021 menyampaikan bahwa telah terjadi lebih dari 5.200 insiden keamanan serta 29.000 pelanggaran data pada tahun 2020.

      Cybersecurity Ventures memperkirakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh serangan cyber ini mencapai 6 triliun dollar pada tahun 2021 lalu.

      Berkaca juga pada peristiwa yang terjadi di perusahaan tempatku bekerja pada tahun 2019, perihal keamanan cyber ini memang perlu menjadi prioritas perhatian. Apalagi dengan gaung digitalisasi yang semakin masif dilakukan, mau tidak mau hal itu harus diimbangi oleh cyber security yang memadai.

      Sebuah penelitian terhadap rumah-rumah yang terhubung dengan jaringan teknologi digital berjudul Penetration Testing of Connected Households menyebutkan bahwa dari 22 perangkat pintar yang diuji, ditemukan 17 kerentanan yang dipublikasikan sebagai CVEs baru.

      CVEs ini adalah singkatan dari Common Vulnerabilities and Exposures atau daftar publik dari kerentanan perangkat lunak, sistem, dan layanan. Dengan kata lain, kerentanan yang berisiko meloloskan datangnya serangan cyber memang besar sekali kemungkinannya untuk terjadi dalam berbagai skala tingkatan. Perorangan ataupun perusahaan.

      Oleh karena itu, diperlukan upaya preventif untuk mencegah serta menghindari terjadinya ancaman-ancaman tersebut.

      Penetration Testing

      Ada yang pernah nonton film Die Hard 4.0 : Live Free or Die Hard ? Plot utama di film tersebut berkisah tentang pembobolan sistem keamanan sebuah kawasan oleh hacker yang ternyata merupakan mantan anggota tim yang ikut membangun sistem kemanan disana.

      Dia merasa sakit hati karena celah keamanan cyber yang ia sampaikan diabaikan oleh para chief. Sampai kemudian ia memutuskan keluar dari tim dan mulai berulah melakukan pembobolan sistem dan menunjukkan betapa rapuhnya sistem keamanan tersebut.

      Lantas apa kaitannya film Die Hard 4.0 tersebut dengan ulasan diatas?

      Pada dasarnya, kualitas dari keamanan cyber itu bisa diuji daya tahannya. Seberapa baik atau buruknya cyber security yang dibangun akan terlihat melalui sebuah mekanisme evaluasi keamanan yang disebut dengan Penetration Testing (Pentest).

      Secara umum, mekanisme ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi kerentanan dalam sistem komputer, jaringan, ataupun aplikasi yang tujuan utamanya adalah untuk menilai sejauh mana sistem tersebut rentan terhadap serangan pihak luar yang tidak sah.

      Berbeda dengan tindakan kriminal dari tokoh antagonis pada film Die Hard 4.0, proses uji yang bernama penetration testing ini dikerjakan secara etis dan sesuai kebijakan keamanan yang berlaku.

      Prosesi langkahnya melibatkan beberapa tahap seperti perencanaan dan pengumpulan informasi, pemindaian, identifikasi kerentanan, eksploitasi kerentanan, dan pelaporan hasil.

      Agar hasil yang diperoleh optimal, aktivitas penetration testing ini sebaiknya memang melibatkan pihak ketiga. Harapannya adalah hasil yang didapat lebih objektif, mewakili perspektif eksternal, lebih terlatih karena merupakan spesialisasinya, serta memiliki tanggung jawab hukum seiring kontrak kerja yang dijalin sebelum melakukan kerjasama.

      Widya Security merupakan salah satu pemain yang sudah cukup teruji dalam bidang ini. Beberapa klien seperti AstraPay, CIMB Niaga, sampai dengan smartfren pernah menjadi bagian dari klien yang menggunakan layanan pentest.

      Para klien dari Widya Security akan mendapatkan Vulnerability Assesment berkaitan dengan celah keamanan, level ancaman, dan dampak yang dapat ditimbulkannya pasca melalui pentest. Disamping itu, akan ada pelaporan secara menyeluruh terkait temuan hasil uji berikut saran dan rekomendasi untuk membuat sistem keamanan menjadi lebih baik.

      Terhubung dengan Widya Security

      Serahkan pekerjaan pada ahlinya, agar hasilnya memuaskan. Begitupun dengan urusan cyber security ini. Terdapat beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memilih partner untuk bekerja sama dalam rangka menjalankan peran pentest tersebut.

      Startup Widya Security merupakan salah satu ahli di bidang Pentest | Sumber gambar : widyasecurity.com

      Dalam hal ini, Widya Security memiliki setidaknya enam poin plus yang membuatnya layak diperhitungkan :

      1- Expert dalam Pentest

      Widya Security memiliki keahlian dan pengalaman yang luas dalam melakukan pentest terhadap sistem, jaringan, dan aplikasi. Tim mereka terdiri dari para ahli yang telah memiliki sertifikasi dan pengalaman praktis yang solid dalam bidang keamanan siber.

      Para instruktur di Widya Security tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis yang mendalam, tetapi juga pengalaman praktis dalam uji penetrasi dan keamanan siber. Mereka memiliki sertifikasi internasional yang diakui dalam industri, seperti CEH (Certified Ethical Hacker) dan CHFI (Computer Hacking Forensic Investigator).

      Sertifikat yang dikantongi Widya Security| Sumber gambar : widyasecurity.com

      Dengan kombinasi pengetahuan teoritis dan pengalaman praktis tersebut, maka tim Widya Security dapat melakukan penilaian risiko keamanan secara menyeluruh dan mengidentifikasi potensi kerentanan dengan akurat.

      2- Penilaian Risiko yang Komprehensif

      Pendekatan yang komprehensif dalam melakukan penilaian risiko keamanan infrastruktur digital klien menjadi kelebihan lain dari Widya Security. Tim mereka memahami sistem, jaringan, dan aplikasi secara mendalam, serta menggunakan strategi yang efektif.

      3- Vulnerability Assessment

      Evaluasi kerentanan dilakukan oleh Widya Security secara sistematis menggunakan langkah-langkah berikut:

      • Penentuan Lingkup dan Tujuan, dalam hal ini lingkup evaluasi dan tujuan ditetapkan secara spesifik.
      • Pemilihan Alat yang Tepat, ketika melakukan proses evaluasi tim Widya Security akan menggunakan alat pemindaian seperti Nessus, OpenVAS, atau Qualys.
      • Perencanaan Berkala, tim akan merencanakan dan menjadwalkan evaluasi secara teratur, misalnya bulanan atau kuartalan.
      • Identifikasi Kerentanan Signifikan, dalam hal ini tim akan memfokuskan pada kerentanan dengan risiko tinggi atau dampak besar.
      • Rencana Tindakan, rencana tindakan yang mencakup langkah-langkah perbaikan konkret akan dibuat berdasarkan prosesi sebelumnya.
      • Keterlibatan Tim yang Tepat, tim keamanan siber, administrator sistem, dan pemilik aplikasi akan dilipatkan secara proporsional.
      • Pelajari dari Hasil, tim terkait akan menggunakan hasil evaluasi untuk mengidentifikasi tren dan pola kerentanan yang muncul.
      • Perhatian Terhadap Aspek Keamanan Fisik, pemeriksaan terhadap aspek keamanan fisik seperti akses fisik ke server.

      Melalui beberapa pendekatan ini, Widya Security membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kerentanan sebelum dieksploitasi oleh penyerang, meningkatkan integritas dan keamanan sistem mereka.

      4- Penyesuaian Pendekatan Uji

      Widya Security mengambil pendekatan pengujian yang dioptimalkan sesuai kebutuhan dan lingkungan setiap klien mereka. Mereka merancang skenario pengujian yang spesifik untuk mencerminkan ancaman yang paling mungkin dihadapi oleh klien.

      Dengan demikian, tim pengujian dapat mengidentifikasi kerentanan potensial yang relevan dengan sistem dan jaringan klien, memberikan rekomendasi yang tepat, dan meningkatkan keamanan infrastruktur secara efektif. Setiap pengujian dirancang dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan unik dan menciptakan solusi yang optimal dalam menghadapi ancaman siber.

      5- Laporan dan Rekomendasi

      Laporan hasil pengujian secara menyeluruh disajikan setelah menyelesaikan tahap pentest. Laporan ini mencakup identifikasi kerentanan, tingkat ancaman, dan potensi dampak pada sistem dan infrastruktur klien.

      Tim pentesting merinci metode yang digunakan, analisis kerentanan, serta hasil dari upaya penyerangan yang dilakukan. Laporan ini juga memuat rekomendasi yang disusun berdasarkan temuan untuk memperbaiki keamanan sistem dan infrastruktur klien.

      Dengan demikian, klien dapat memahami risiko yang dihadapi dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan keamanan mereka. Dengan begitu, pelanggan tidak hanya mendapatkan laporan komprehensif, tetapi juga panduan tindakan yang spesifik untuk mengatasi masalah keamanan yang diidentifikasi.

      6- Dukungan Pasca Implementasi

      Widya Security tidak hanya menjadi mitra konsultasi terbaik selama proses pentest, tetapi juga memberikan dukungan pasca implementasi yang komprehensif. Tim profesional yang bersertifikasi akan terus membantu klien dalam memperbaiki kerentanan yang diidentifikasi dan meningkatkan keamanan secara keseluruhan.

      Menawarkan dukungan berkelanjutan untuk memastikan bahwa standar keamanan informasi dipertahankan dengan baik. Dukungan ini mencakup konsultasi langsung dengan ahli untuk menjawab pertanyaan dan memberikan panduan praktis dalam menjaga kepatuhan dan keamanan data. Hal ini akan meyakinkan klien bahwa keamanan informasi mereka dikelola dengan baik bahkan setelah implementasi selesai.

      Masa Depan Keamanan Data Indonesia

      Yang paling krusial dari teknologi digital sekarang ini adalah data. Dengan kata lain, cyber security dibangun dan dipersiapkan dalam rangka untuk melindungi keamanan data.

      Apabila dalam konteks serangan cyber yang menerpa perusahaan tempatku bekerja sampai bisa membuat perusahaan lumpuh untuk beberapa saat dan menimbulkan kerugian berjuta-juta rupiah, maka tatkala hal itu terjadi dalam skala yang lebih besar seperti negara maka tidak bisa dibayangkan betapa dahsyat dampaknya.

      Terlebih makin kesini dunia makin terhubung. Sehingga potensi serangan cyber bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Ketika sistem keamanan tidak cukup handal menangkal serangan, pastilah kerugian yang ditimbulkannya akan luar biasa.

      Seperti yang kita tahu, jumlah pengguna internet di Indonesia sangatlah besar. Di satu sisi hal ini mungkin menjadi keuntungan tersendiri. Akan tetapi, di sisi lain, risiko keamanan yang ditimbulkannya juga akan ikut meningkat.

      Jangan dikira interaksi individu seseorang dengan “dunia maya” tidak mendatangkan risiko ancaman, khususnya bagi organisasi yang didalamnya bernaung sebuah sistem, aplikasi, server, jaringan, ataupun website yang menjadi alat dukung operasional sebuah organisasi.

      Pintu masuk serangan bisa bermula dari mana saja. Aku memahami ini dari kasus yang pernah terjadi di tempat kerjaku. Pasca perisitwa serangan cyber tahun 2019 itu, CEO perusahaan langsung merombak akses penggunaan sistem ERP perusahaan.

      Apabila sebelumnya semua komputer bisa melakukan login ke sistem ERP, sekarang hanya beberapa komputer saja yang bisa. Jumlah user pun dibatasi agar pintu masuk ke sistem semakin mudah dipantau oleh tim IT.

      Akses ERP sekarang dibatasi di ruangan khusus| Sumber gambar : dokumentasi pribadi

      Pembatasan akses jaringan internet juga dilakukan, sehingga beberapa situs tidak bisa diakses menggunakan jaringan internet milik perusahaan. Tidak setiap layar komputer bisa mengakses facebook, youtube, dan sejenisnya.

      Nah, bagaimana kesimpulan yang mendorong lahirnya kebijakan tersebut muncul ? Sepertinya ada peran penetration testing disini.

      Hal itu pula hendaknya dilakukan dalam skala yang lebih besar dan lebih krusial seperti negara untuk mengukur sejauh mana kualitas keamanan cyber negara kita berjalan.

      Jangan sampai kasus-kasus serangan cyber pada data-data penting negara terjadi karena itu akan sangat memalukan dan merendahkan kedaulatan kita.

      Maturnuwun,

      Agil Septiyan Habib

      Selidik Tingginya Harga Beras dari Perspektif ‘Inventory Control’

      Pemilu berlalu, harga beras terus melaju. Harga beras naik gila-gilaan. Bahkan tidak sedikit pedagang yang megeluhkan bahwa harga beras kali ini sudah melampaui rekor tertingginya. Rakyat kecil menjerit. Sebagian sampai harus rela antre super panjang dan berdesak-desakan demi mendapat beras dibawah harga pasaran.

      Padahal, beberapa waktu lalu pemerintahan Presiden Jokowi dengan gagahnya bagi-bagi beras bansos ke hampir segala penjuru negeri. Konon kabarnya pembagian bansos beberapa bulan ke belakang jumlahnya hampir menyamai masa-masa puncak pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu. Sehingga sebagian pihak menganggap bahwa melejitnya harga beras adalah imbas dari masifnya kucuran beras bansos tersebut.

      Harga beras melonjak tinggi karena pengelolaan persediaan yang tidak tepat | Ilustrasi gambar : kompas.com

      Dugaan tersebut memang cukup masuk akal. Gelontoran beras yang luar biasa besar pastilah akan menguras sejumlah persediaan yang sebenarnya disiapkan untuk kebutuhan beberapa bulan kedepan sampai datangnya pasokan berikutnya.

      Inilah yang sering disebut dengan ketahanan persediaan atau ketahanan stok. Jadi, jumlah persediaan tidak ditentukan jumlahnya secara sembarangan, melainkan harus memperhatikan jumlah konsumsi setiap periode waktu tertentu berikut estimasi waktu kapan pasokan berikutnya datang.

      Ketika ritme ketahanan stok yang sudah dirancang sebelumnya tiba-tiba dikacaukan, maka terjadilah seperti yang ada sekarang.

      Ketahanan Stok Beras

      Ketika otoritas pemerintah mengatakan bahwa stok beras bisa bertahan untuk sekian bulan mendatang, itu artinya pemerintah (seharusnya) mengetahui besaran dari kebutuhan konsumsi beras selama rentang waktu tersebut.

      Untuk memudahkan pembahasan, mari kita ambil data konsumsi beras masyarakat Indonesia tahun 2022 yakni sebesar 35,3 juta metrik ton (katadata.co.id). Tergolong besar memang. Apalagi Indonesia memang menempati peringkat keempat dunia sebagai negara dengan konsumsi beras paling banyak.

      Nah, katakanlan 35,3 juta metrik ton besar itu adalah konsumsi selama satu tahun maka per bulan rata-ratanya sekitar 2,9 juta metrik ton. Meskipun sebenarnya hal itu tidak bisa dipukul rata mengingat pada periode tertentu konsumsi beras menjadi lebih tinggi ketimbang bulan-bulan yang lain, misalnya ketika lebaran, akan tetapi setidaknya kita sudah memiliki cukup gambaran untuk memprediksi kebutuhan beras dalam negeri setiap bulannya.

      Dalam pengelolaan persediaan (inventory control), beberapa aspek penting yang perlu kita tengok antara lain jumlah stok, jumlah konsumsi (usage), jumlah pasokan pengadaan (purchase), dan lead time.

      Jumlah stok bisa terkait posisi stok awalnya serta perkiraan jumlah stok di akhir periode waktu tertentu. Estimasi stok akhir diperoleh dari jumlah stok awal ditambah pasokan pengadaan yang masuk pada periode tersebut dan dikurangi jumlah konsumsi pada periode yang sama.

      Stok akhir suatu periode akan menjadi stok awal pada periode berikutnya dan berlaku rumusan serupa.

      Dalam hal ini, jumlah antara stok awal dan pasokan pengadaan juga bisa diperkirakan akan mampu bertahan berapa lama. Misalnya, stok awal beras yang dimiliki negara sebesar 8,7 juta metrik ton. Dengan jumlah konsumsi bulanan beras sebesar 2,9 juta metrik ton maka diperkirakan stok itu akan habis dalam jangka waktu 3 bulan ke depan.

      Dalam hal ini, pasokan beras harus kembali tersedia selambat-lambatnya 3 bulan lagi atau stok akan tergerus habis. Permasalahannya adalah, apakah lead time pengadaan beras mampu dilakukan dalam kurun waktu tersebut?

      Merujuk dari beberapa referensi, masa panen padi adalah sekitar 75-90 dari pasca proses tanam. Sehingga (seharusnya) ketika stok beras habis maka sudah bisa diamankan oleh pasokan baru hasil panen 3 bulan mendatang.

      Apabila jumlah stok beras yang tadi diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan 3 bulan ternyata ditarik maju penggunannya ke bulan pertama atau kedua, maka secara otomatis bulan ketiga akan mengalami kekosongan.

      Situasi inilah yang kemungkinan terjadi pada kasus tingginya harga beras belakangan ini. Bansos yang ditarik maju dari jatah bulan-bulan mendatang ke masa sebelum pemilu dilakukan adalah langkah yang sama dengan menarik maju jatah alokasi beras untuk ketahanan stok di masa pasca pemilu.

      Proses Berkelanjutan

      Mengelola persediaan beras ataupun jenis barang-barang kebutuhan lainnya tidak bisa dikerjakan sambil lalu. Ia adalah proses yang berkelanjutan, karena aktivitas konsumsi terus berjalan setiap hari. Disisi lain, pasokan pengadaan adakalanya mengalami kendala satu dan lain hal.

      Situasi ini mengharuskan adanya evaluasi secara berkala. Baik itu dari sisi jumlah stoknya, jumlah konsumsinya, hingga keadaan pasokannya.

      Akan tetapi, yang paling awal dan paling penting diperhatikan adalah perihal akurasi data. Apakah jumlah stok beras memang sudah kondisi riil di lapangan atau terjadi bias yang cukup jauh. Begitupun dengan konsumsi beras juga mesti dievaluasi secara berkala.

      Berkaitan dengan pasokan juga mesti memperhatikan berbagai faktor seperti kondisi lingkungan, kebijakan luar negeri terkait impor, dan sejenisnya.

      Inventory control menghendaki kejelasan situasi bahkan kepastian untuk mendapatkan pengelolaan persediaan yang terbaik. Terbaik disini adalah tidak menumpuk stok berlebihan karena berisiko menurunkan kualitas barang, pun juga tidak sampai kekurangan barang yang menyebabkan kelangkaan dan berujung harga yang melambung.

      Agar situasi tersebut bisa terwujud maka otoritas terkait perlu memastikan status dari para pemasok apakah mampu memenuhi target yang ditetapkan semisal harus memenuhi jumlah tertentu pada periode tertentu. Perlu adanya opsi alternatif agar di kemudian hari tidak sampai mempersalahkan satu dan lain hal karena kegagalan memenuhi pasokan.

      Kalau saja kemarin pemerintah mengatur ulang pengadaan pasokan agar supaya siap lebih cepat dari estimasi waktu sebelumnya, barangkali masyarakat tidak akan mengalami kejadian seperti sekarang. Tapi dengan catatan lead time-nya mencukupi. Atau jangan-jangan aspek ini yang mereka abaikan. Buru-buru menggenjot penyaluran beras tapi lupa antisipasi kesiapan waktu pasokan berikutnya.

      Entahlah.

      Mmmhh… Lantas bagaimana kaitannya dengan inventory control dan harga beras melambung tinggi? Iya, inilah hukum ekonomi. Kelangkaan membuat harga melambung. Stok beras terbatas sedangkan permintaan tetap tinggi maka efeknya adalah harga turut menyesuaikan diri. Sayangnya, itu bukan makin murah tapi justru sebaliknya.

      Jika sudah seperti ini lantas bagaimana? Berdoa saja biar situasi kembali normal? Rasa-rasanya ditengah situasi politik yang mulai menghangat sulit diharapkan keadaan segera kembali normal. Karena konsentrasi para pemilik otoritas masih terfokus di seputaran kekuasaan.

      Memang kita cuma bisa berserah pada Tuhan, atau sekadar menguatkan diri untuk hanya mengonsumsi mie instan?

      Maturnuwun.

      Agil Septiyan Habib

      NB : Artikel ini sudah dipublikasikan juga di kompasiana.com

      5 Faktor Kunci Menjadi Travel Blogger Sukses

      By the way di zaman internet seperti sekarang semakin banyak jenis profesi baru bermunculan yang bisa menjadi opsi profesi bagi semua orang. Salah satu diantaranya adalah ‘travel blogger’. Bagi yang gemar pelesiran alias traveling, menjadi travel blogger bisa jadi merupakan profesi idaman. Siapa yang tidak mau liburan sambil dibayar?

      Tak ayal daya tarik tersebut semakin menambah populasi travel blogger belakangan ini. Konten-konten traveling semakin banyak bertebaran di dunia maya, baik itu oleh travel blogger profesional ataupun amatiran. Mulai dari travel blogger dengan viewers jutaan sampai yang sekadar puluhan.  

      Profesi sebagai travel blogger cukup menjanjikan di era internet| lustrasi gambar : pixabay.com/Pexels

      Tidak ada salahnya untuk berharap meraup penghasilan melimpah dari profesi ini. Bahkan mungkin inilah salah satu keberkahan yang diberikan Tuhan kepada kita dengan keberadaan internet.

      Menukil ulasan dari sebuah makalah berjudul “The Use of Blogs an Example of Internet Entrepreneurship : Turkish Travel Blogs”, terdapat dua hal yang melandasi pertumbuhan jumlah travel blogger saat ini, yakni :

      Peralihan dari Institusionalisme ke Kerja Fleksibel

      Orang-orang yang menekuni bidang travel blogger sebagian besar dulunya pernah menjalani pekerjaan institusional atau populer dengan sebutan karyawan. Penilaian bahwa pekerjaan institusional cenderung monoton, memantik stres, kelelahan, dan jam kerja yang panjang kerapkali menjadi alasan mengapa seseorang beralih profesi.

      Peralihan profesi dari karyawan menjadi travel blogger secara langsung maupun tidak langsung merupakan perwujudan atas harapan untuk menjadi bos bagi diri mereka sendiri, atau bahkan mengejar impian yang sudah dirajut sejak lama.

      Motivasi dan Nilai Pribadi

      Mereka yang beralih dari pekerjaan sebelumnya untuk menjadi travel blogger pada umumnya mengatakan ingin mencari kebebasan, kreativitas, kendali atas pekerjaan, serta kesempatan untuk mengejar impian pribadi.

      Ada nilai pribadi yang mendorong dan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan untuk berpindah karier.   

      Memang, pertumbuhan jumlah travel blogger ini bisa dibilang sebagai kabar baik khususnya untuk industri pariwisata karena mereka akan memperoleh makin banyak endorsement dan makin dikenal oleh para calon pengunjung atau wisatawan.

      Dalam konteks Indonesia tentu hal ini merupakan keuntungan tersendiri mengingat negara kita memang sangat kaya dengan beragam potensi wisata.

      5 Faktor Kunci Menjadi Travel Bloger Berkelas

      Apakah dengan menjadi tavel blogger maka dijamin pasti mendapatkan hasil memuaskan? Belum tentu. Apabila dari sekian kontestan Indonesian Idol hanya sebagian kecilnya saja yang sukses menjadi penyanyi besar, maka situasi serupa juga sangat mungkin dialami oleh para travel blogger ini.

      Tapi, jangan berkecil hati dulu. Makalah berjudul “The Use of Blogs an Example of Internet Entrepreneurship : Turkish Travel Blogs” juga memberikan bocoran terkait beberapa hal penting yang mesti diperhatikan oleh para travel blogger jikalau ingin meraih hasil optimal. Apa saja? Yuk simak.

      Perhatikan Kualitas Konten

      Content is the key. Yup, betul. Konten akan menjadi kunci pertama dan utama bagi seorang travel blogger untuk meraup popularitas maksimal. Sehingga setiap kali travel blogger membuat konten, maka ia harus memastikan bahwa konten yang dibuatnya benar-benar memberikan tampilan terbaik bagi para penikmat konten.

      Selain menyajikan konten yang menarik, ia juga harus relevan dengan identitas sebagai travel blogger. Dan yang paling penting mesti memberikan manfaat bagi audien.

      Tentu tidak asyik manakala sebagai travel blogger malah menampilkan ulasan yang mengkritisi politik pilpres, bukan?

      Pemberdayaan Media Sosial

      Para travel blogger sukses hampir pasti merupakan pengguna aktif media sosial (medsos). Bukan untuk julid, melainkan aktif mempromosikan konten-konten yang telah mereka buat sebelumnya.

      Bagaimanapun, keluasan daya jangkau blog sangatlah krusial bagi seorang travel blogger untuk menjadikan mereka dikenal oleh khalayak luas. Hal ini memang butuh waktu, tidak bisa instans. Sehingga para travel blogger perlu menjaga konsistensi untuk terus mempromosikan hasil karyanya.

      Lakukan Kolaborasi dan Kemitraan

      Sekarang adalah era kolaborasi. Termasuk bagi travel blogger sekalipun juga mesti memahami hal ini.

      Sebagai travel blogger tentu akan berkaitan erat dengan industri pariwisata, sehingga kita mesti ngeh dengan siapa saja potensi kemitraan itu dilakukan. Ada penyedia pariwisata, agen perjalanan, kuliner, tempat penginapan, dan lain sebagainya.

      Travel blogger mesti pandai mengintip setiap peluang kemitraan yang ada, karena dari merekalah lumbung finansial travel blogger bermula.

      Ingat, jangan asal menjalin kemitraan jikalau ternyata yang mengajak atau diajak tidak memiliki kedekatan dengan identitas kita sebagai travel blogger. Karena hal itu bisa jadi akan merusak citra atau brand yang kita miliki dan sudah kita bangun dengan susah payah.

      Gali Kreativitas dan Terus Berinovasi

      “Sedikit lebih beda itu lebih baik daripada sedikit lebih baik.”. Menjadi unik itu penting. Apa yang membedakan kita dengan travel blogger yang lain? Disinilah peran kreativitas dan inovasi sangat penting.

      Cobalah hal-hal baru yang sekiranya bisa dilakukan. Bereksperimen. Mulai dari ‘aliran’ traveling yang dianut, hingga gaya penulisan yang berbeda dari travel blogger kebanyakan. Dengan begitu, kita akan lebih mudah diingat oleh audien. Sepakat?

      Terlibat Aktif dengan Pembaca

      Engagement itu penting. Terlebih bagi travel blogger yang menjadikan tulisan sebagai media komunikasi utama. Jangan mengesankan diri terlalu eksklusif karena hal itu akan menciptakan jarak dengan audien.

      Menjawab setiap komentar atau pertanyaan yang masuk hanyalah upaya kecil untuk mendekatkan diri dengan audien. Mendengarkan saran dan masukan dari pembaca blog juga penting dilakukan oleh travel blogger.

      Hanya saja, yang tidak boleh dilupakan sebagai travel blogger adalah mengiyakan sepenuhnya setiap request audien. Salah-salah nanti akan berulang fenomena ‘Nikocado Avocado’ tapi versi traveling.

      Hmmmhh… Bocoran lima faktor kunci untuk menapaki puncak karir travel blogger sudah diperoleh. Lantas apa langkah berikutnya? Tentu sudah tahu, kan? Iya, Do it. Lakukan.

      Cuma kita mesti ingat jangan hanya kerja, kerja, kerja ya. Harus dibarengi dengan perencanaan dan evaluasi juga. Konsepnya itu Plan, Do, Check, Action. Do hanyalah salah satu upaya dari keempat rangkaian.

      Practice make it perfect. Seiring berjalannya waktu dan konsisten, saya kira hasil terbaik akan diperoleh. Usaha tidak menghianati hasil.

      Maturnuwun.

      Agil Septiyan Habib

      NB : Artikel ini sudah dipublikasikan juga di kompasiana.com

      Kapan Kita Bisa Menikmati Transportasi Umum Berkualitas?

      Jujur saya iri dengan JakLinko. Transportasi umum terintegrasi yang diwujudkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tersebut tidak bisa dipungkiri menjadi iming-iming yang menarik bagi daerah lain agar turut  serta menjalankan program serupa. Khususnya untuk daerah-daerah yang bermasalah dengan akses transportasi.

      Berkaitan dengan transportasi ini saya mengalami langsung bahwasanya ketiadaan sarana transportasi publik berkualitas nyatanya memang sangat mengganggu aktivitas.

      Transportasi umum berkualitas sangat diperlukan masyarakat I lustrasi gambar : www.nuansapondokkelapa.com

      Sebagai seorang yang merantau dari kampung halaman di daerah dekat pesisir, sebuah kawasan di Jawa Timur, hampir setiap tahun saya menyempatkan diri untuk mudik ke kampung halaman.

      Biasanya saya mudik menggunakan bus menuju terminal bus terdekat di kampung halaman sana. Namun, perlu diketahui bahwa untuk ukuran terdekat itu jaraknya masih sekitar 40-an kilometer untuk sampai ke rumah di kampung.

      Sekitar tahun 2000-an awal,  akses kesana sebenarnya masih terbilang mudah. Transportasi umum masih kerap wara-wiri melintas. Hanya saja situasi selama beberapa tahun terkahir ini sangat jauh berbeda.

      Transportasi umum sangat langka. Penampakannya hanya terlihat sesekali saja di terminal. Kalaupun ada, biasanya penumpang harus menunggu cukup lama karena sopir angkutan masih berharap adanya penumpang tambahan.

      Sebenarnya bisa saja angkutan tersebut lekas berangkat, namun si penumpang harus membayar mahal berkali lipat.

      Mungkin membanjirnya kendaraan pribadi menjadi alasan mengapa transportasi umum disana menjadi sepi penumpang. Karena bagaimanapun aktivitas sehari-hari masyarakat lebih banyak mengandalkan kendaraan milik sendiri.

      Masyarakat sekitar, khususnya yang dulu sering menggunakan angkutan umum, barangkali tidak merasa kehilangan ataupun kesulitan mendapati situasi tersebut. Akan tetapi, bagi kami yang tinggal di perantauan dan hendak menjenguk kampung halaman terpaksa harus mengahadapi kenyataan pahit. Sulit memperoleh akses transportasi yang memadai.

      Menggunakan layanan ojek biayanya lumayan mahal. Bisa berkali lipat dibandingkan saat menggunakan angkutan umum. Minta dijemput kerabat pastilah merepotkan juga untuk jarak sejauh itu.

      Sayangnya, situasi semacam ini sepertinya kurang menarik perhatian pemerintah setempat. Terlebih pemerintah pusat. Transportasi publik seakan bukan menjadi program prioritas. Padahal di negara-negara maju pastilah sarana transportasi publiknya berkualitas.

      Kampung halaman saya memang bukan kota metropolitan, tapi apakah salah untuk mengharapkan punya sarana transportasi umum yang nyaman?

      Belantara Transportasi Umum

      Wajarlah kayak gitu, namanya juga daerah pinggiran.” Pernyataan seperti itu sepertinya berada di benak banyak orang. Pemakluman yang menjadikan kemajuan hanya dinikmati segelintir kawasan.

      Oke, kita tidak perlu berdebat. Karena di sekitar tempat tinggal saya di wilayah Tangerang pun belum bisa dibilang kondisi angkutan umumnya memadai. Bahkan tidak ada transportasi umum yang melewati jalan raya di sekitar tempat tinggal saya.

      Entah karena kebijakan pemerintah daerah setempat atau bisa jadi tuntutan dari tukang ojek pangkalan yang menginginkan wilayah khusus operasi guna mendapatkan penghasilan.

      Tapi yang jelas semua sarana transportasi itu berjalan sendiri-sendiri. Semacam tidak ada koordinasi sama sekali. Belum lagi kebiasaan berhenti semena-mena di jalanan. Menunggu lama penumpang. Atau sembarangan menurunkan penumpang karena jarak lokasi tempuh masih jauh sedangkan kapastias kendaraan masih lengang.

      Sungguh sangat-sangat tidak nyaman untuk mengendari angkutan dengan segala tantangan semacam itu.

      Sikut-sikutan antar pemilik kendaraan yang berebut penumpang seringkali membuat macet jalanan. Transportasi umum kita dianggap seperti sekumpulan hewan liar di hutan belantara yang tidak jelas pengelolanya.

      Terkadang saya bingung antara sedih atau tertawa saat berkendara di belakang angkutan umum kita. “Hati-hati berhenti mendadak. Karena hanya Tuhan dan sopir yang tahu kapan mobil ini berhenti.”. Sebuah gambaran ironi sebenarnya tatkala hal semacam itu terjadi. Sebuah bukti bahwa angkutan umum kita memang beroperasi tanpa arah dan tujuan yang jelas kecuali sekadar mengejar setoran.

      Mimpi Transportasi Nyaman

      Kapan kita bisa menikmati transportasi umum berkualitas? Barangkali pertanyaan itu timbul di benak kita. Memang, menggunakan kendaraan pribadi saat ini bisa dibilang lebih aman dan menenangkan. Setidaknya di daerah tempat saya tinggal.

      Namun, penilaian tersebut karena perbandingannya adalah ketiadaan sarana transportasi umum yang berkualitas. Andaikan kondisi transportasi umum kita menyerupai JakLingko di Jakarta sana barangkali situasinya akan berbeda.

      Saya tidak menyebut JakLingko sempurna, hanya saja mereka jauh lebih baik ketimbang kondisi transportasi umum kita kebanyakan.

      Apakah presiden terpilih pada pemilu 2024 ini benar-benar memiliki visi untuk menghadirkan transportasi umum yang aman bagi masyrakatnya? Atau justru sudut pandang yang sama kembali dipakai untuk beberapa tahun mendatang?

      Sayangnya, saya pesimis melihat situasi yang berkembang belakangan. Sepertinya kita masih harus bersabar untuk bisa merasakan transportasi umum berkelas untuk segenap wilayah di Indonesia. Karena belum terlihat tanda-tanda bahwasanya upaya itu akan dilakukan.

      Mungkin kita harus terus merawat harapan kita agar terwujudnya hal itu. Semoga.

      Maturnuwun.

      Agil Septiyan Habib

      NB : Artikel ini sudah dipublikasikan juga di kompasiana.com