Multitasking sering dianggap sebagai keahlian yang penting di dunia kerja modern. Di tengah hiruk-pikuk pekerjaan, banyak dari kita merasa bahwa kemampuan untuk melakukan beberapa tugas sekaligus menjadi tanda produktivitas. Namun, apakah dampak multitasking benar-benar membuat kita lebih efektif?
Penelitian dari Cognitive, Affective, & Behavioral Neuroscience memberikan jawaban yang mengejutkan bahwa ternyata multitasking memiliki dampak signifikan pada fungsi eksekutif otak kita, yang tak hanya mengurangi produktivitas tetapi juga membebani otak secara tidak sehat.
Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa upaya untuk menyelesaikan beberapa tugas sekaligus justru bisa memperlambat kemampuan berpikir kita. Fenomena ini sering disebut “switching cost,” atau biaya berpindah perhatian, di mana otak membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan tugas yang berbeda-beda.
Sebuah kutipan dari William James, seorang psikolog terkemuka, mengingatkan kita akan hal ini: “Our consciousness seems to fluctuate over such a vast expanse of thoughts, that it’s hard to attend to one fully, let alone several at once.” (“Kesadaran kita tampak berfluktuasi di antara begitu banyak pikiran, sehingga sulit bagi kita untuk fokus sepenuhnya pada satu hal, apalagi beberapa sekaligus.”).
Di dalam artikel ini, kita akan melihat lebih jauh mengapa multitasking sebenarnya bisa menjadi penghalang dalam mencapai performa optimal, dan bagaimana hal ini berdampak pada kualitas pekerjaan dan kesehatan mental kita.
Biaya Kognitif dari Multitasking
Penelitian menunjukkan bahwa multitasking membawa dampak negatif yang signifikan pada otak kita, khususnya pada fungsi eksekutif seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Saat otak dipaksa beralih antar-tugas secara terus menerus, kecepatan dan ketepatan kita cenderung menurun.
Cognitive, Affective, & Behavioral Neuroscience melaporkan bahwa proses berpindah fokus ini dapat mengurangi efisiensi eksekusi tugas hingga 40%. Sebaliknya, fokus pada satu tugas penuh waktu memungkinkan otak bekerja dengan lebih baik dalam menyelesaikan detail tugas secara optimal.
Kita seringkali merasa lebih produktif ketika mengerjakan beberapa hal sekaligus, padahal kenyataannya, multitasking justru membuat produktivitas menurun. Efeknya bahkan dapat menyebabkan kelelahan mental.
Selain itu, dalam proses beralih antara tugas, otak kita kehilangan detik-detik berharga yang akhirnya menumpuk menjadi waktu yang signifikan. Dan seiring waktu, penurunan produktivitas ini akan menimbulkan perasaan stres dan kelelahan, yang pada akhirnya mengganggu kesehatan fisik dan mental.
Ketika otak terus-menerus terbebani oleh tugas-tugas yang harus diselesaikan sekaligus, kadar stres meningkat. Pada gilirannya, stres ini berdampak pada kesehatan mental, menyebabkan kondisi seperti kecemasan, depresi, dan bahkan burnout.
Penelitian lain juga mengaitkan multitasking dengan peningkatan hormon kortisol dan adrenalin yang memperparah kondisi stres kita. Psikolog dan peneliti kesehatan otak, Daniel Levitin, mencatat, “Multi-tasking overloads our working memory, leaving us less resilient to stress and more prone to making mistakes.” (“Multitasking membebani memori kerja kita, membuat kita kurang tangguh terhadap stres dan lebih rentan terhadap kesalahan.”).
Fokus Monotasking
Dibandingkan multitasking, fokus pada satu tugas (monotasking) terbukti jauh lebih efektif. Monotasking memberikan ruang bagi otak untuk bekerja dengan konsentrasi penuh, menghasilkan kualitas kerja yang lebih baik.
Disamping itu, hal ini juga memungkinkan otak untuk memproses informasi secara mendalam, yang berdampak positif pada daya ingat dan pemahaman. Melatih diri untuk tetap fokus pada satu tugas juga mengurangi tekanan pada otak, sehingga kita dapat menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan mental.
Dalam dunia yang serba cepat ini, keahlian untuk tetap fokus pada satu tugas adalah aset yang berharga. Dengan menggantikan multitasking dengan pendekatan monotasking, kita dapat meningkatkan produktivitas, menjaga kesehatan mental, dan mencapai hasil yang lebih optimal. Memilih untuk fokus pada satu hal pada satu waktu bukanlah kelemahan, tetapi adalah cara bijaksana untuk bekerja lebih cerdas dan efisien.
Maturnuwun,
Agil Septiyan Habib
NB : Temukan juga artikel psikologi kecerdasan lainnya disini.