Sekian banyak informasi lowongan kerja untuk posisi operational planner kerapkali menyertakan persyaratan khusus bagi para kandidatnya, yakni keharusan memiliki keterampilan mengoperasikan software berbasis sistem manajemen manufaktur seperti Oracle, SAP, dan sebagainya.
Meski dimaksudkan untuk menunjang kelancaran operasional produksi sebuah bisnis, sebenarnya hal itu bukanlah sesuatu yang paling mendasar.
Karena pemahaman dari planner-lah yang lebih penting ketimbang software penunjang yang digunakan.
Kemampuan seseorang untuk memahami sistem jauh lebih penting ketimbang sistem itu sendiri.
Sistem cenderung kaku dan seringkali tidak adaptif terhadap perubahan situasi, sementara manusia justru sebaliknya.
Sistem bisa usang, butuh perbaikan, dan butuh pengembangan. Sedangkan pemahaman seseorang terhadap keberadaan sistem membuatnya mampu melakukan perubahan, perbaikan, ataupun penyesuaian.
Sistem Mandiri
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan sebuah sistem adalah untuk menunjang kelancaran operasional bisnis dalam jangka panjang.
Dengan harapan bahwa suatu unit bisnis tidak menggantungkan pengelolaanya terhadap satu orang saja.
Hanya saja, tidak setiap bisnis memiliki modal cukup untuk melakukan pengadaan sistem yang konon harganya cukup mewah itu.
Apalagi ketika bisnis tersebut masih tergolong start up, berupa usaha rintisan, atau mungkin sebatas UMKM bermodal cekak.
Bisa jadi membangun sendiri sistem penunjang bisnis merupakan opsi terbaik. Khususnya menyangkut sistem perencanaan operasional bisnis tersebut.
Jangkauan Akses
Disamping itu, bagi para newbie dalam dunia perencanaan produksi, mengetahui tentang seluk beluk SAP, Oracle, Dynamix AX, dan sejenisnya bisa jadi sesuatu yang jauh dari jangkauan.
Di bangku kuliah mungkin seseorang pernah mendengar beberapa nama software atau sistem penunjang operasional produksi, namun belum tentu untuk mengoperasikannya.
Lain halnya apabila yang dimiliki seseorang adalah pemahaman mengenai bagaimana cara mengelola perencanaan produksi. Dengan begitu, sebuah rencana operasionalakan mampu dibuat sendiri meski berupa sistem sederhana sederhana.
Tanpa harus terlebih dulu memiliki sumber daya sistem penunjang yang modern, dan tanpa harus mencari modal untuk membeli sistem berharga mahal, kita bisa menjalankan fungsi planner secara mandiri.
Yakni dengan mengetahui dan memahami beberapa hal sederhana untuk menunjang eksekusi perancangan rencana operasional produksi.
Melalui pemahaman tersebut diharapkan nantinya kita yang awam menjadi lebih tahu, dan yang sudah tahu menjadi lebih memahami peran fungsinya sebagai seorang operational planner.
Scale Up Bisnis Kecil
Seiring berjalannya waktu, dan semakin seringnya kita bergelut dengan aktivitas perencanaan produksi maka lambat laun kita akan memperoleh wawasan berharga untuk mengembangkan keterampilan kita sebagai seorang operational planner.
Bahkan bukan tidak mungkin nanti kita akan mampu membuat “duplikasi” sistem perencanaan produksi sendiri dengan bantuan aplikasi sederhana seperti Microsoft Excel, Visual Basic, dan lain-lain dalam rangka mengakomodasi perencanaan operasional yang dibuat.
Bukan suatu masalah apabila mau menggunakan software sistem atau tidak selama seorang operational planner mengatahui beberapa hal dasar yang penting dalam penyusunan rencana operasionalnya.
Apabila sebuah bisnis, terutama yang masih berskala kecil, ingin bertumbuh dan meningkat kapsitasnya (scale up) maka keberadaan rencana operasional sangatlah krusial.
Dan hal itu akan bisa dilakukan manakala terdapat sosok operational planner kompeten di dalamnya.
Semoga bermanfaat.
Maturnuwun,
Agil Septiyan Habib
NB : Apabila ingin membaca tulisan saya yang lain diluar bahasan mengenai perencanaan operasional Anda bisa melihatnya juga disini.
Cuma Satu Jenis Produk, Perlukah Dibuatkan Rencana Produksi ? - The Growthmedia
[…] karena pada umumnya memang rencana produksi dibuatkan untuk mendapatkan titik ideal aktivitas operasional dari beberapa item produk yang menunggu untuk […]