Empati dan Interaksi Pengaruhi Kemampuan Berpikir Kritis

Pernahkah Anda berpikir, mengapa kita merasakan empati saat melihat orang lain menderita, atau kenapa interaksi sosial bisa membuat kita lebih kritis dalam berpikir? Ternyata, bukan hanya perasaan, empati juga memiliki pengaruh signifikan terhadap cara kita membuat keputusan moral dan berpikir kritis.

Studi The Developmental Origins of the Social Brain (Frontiers in Psychology, 2018) menjelaskan bahwa empati adalah keterampilan kognitif yang tumbuh seiring waktu, yang memungkinkan kita memahami perspektif orang lain.

Penelitian lain juga menemukan bahwa empati memiliki landasan neurologis, seperti yang diuraikan dalam Advances in Social Cognitive and Affective Neuroscience (Brain Sciences, 2023).

Bagaimana empati dan interaksi sosial dapat memperkuat kemampuan berpikir kritis kita? Mari kita eksplorasi hubungan antara otak sosial dan kemampuan berpikir kritis ini.

Kemampuan berpikir kritis seseorang bisa dipengaruhi oleh empati dan interaksi sosialnya | Ilustrasi gamba : freepik.com / pressfoto

Empati dan Interaksi Sosial Mendorong Berfikir Kritis

Empati tidak hanya soal merasakan, ini adalah proses mendalam yang memicu refleksi moral dalam menghadapi situasi yang membuat kita mempertanyakan dan menilai moralitas dalam setiap tindakan. Misalnya, saat melihat seseorang mengalami ketidakadilan, dorongan untuk bertindak muncul dari rasa empati yang terbangun di dalam diri kita.

Menurut penelitian dari Empathy and Its Role in Critical Thinking and Moral Decision Making (International Journal of Social Sciences and Business, 2014), empati memicu respon emosional yang mendasari pemikiran kritis dalam memutuskan tindakan terbaik.

Tokoh besar seperti filsuf Adam Smith pernah berkata, “Manusia secara alami cenderung memahami penderitaan orang lain.” yang menegaskan pentingnya empati dalam pengambilan keputusan moral.

Di sisi lain, interaksi sosial bukan hanya sekadar ajang bersosialisasi, tetapi juga wadah latihan untuk berpikir kritis. Melalui interaksi, kita diuji untuk berpikir secara rasional, logis, dan mempertimbangkan pandangan orang lain.

Interaksi sosial memaparkan kita pada perspektif berbeda, memaksa kita untuk mengevaluasi, membandingkan, dan menyaring informasi. Penelitian dalam Advances in Social Cognitive and Affective Neuroscience (Brain Sciences, 2023) menunjukkan bahwa interaksi sosial merangsang otak untuk berpikir kritis melalui empati dan penilaian terhadap situasi orang lain.

Interaksi sosial turut mendorong kemampuan berpikri kritis | Ilustrasi gambar : freepik.com/ DC Studio

Empati Membangun Kesadaran Sosial

Salah satu dampak empati adalah membantu kita membangun kesadaran sosial yang kuat, yang sangat berperan dalam berpikir kritis. Kesadaran sosial memungkinkan kita untuk memahami dampak dari tindakan kita terhadap lingkungan sekitar.

Dalam proses ini, kita juga belajar untuk memahami bagaimana sebuah keputusan akan berdampak bagi orang lain. Hal ini dibuktikan dalam The Developmental Origins of the Social Brain (Frontiers in Psychology, 2018), yang menjelaskan bahwa kemampuan untuk mengenali perasaan dan perspektif orang lain penting dalam pengambilan keputusan yang lebih adil.

Empati juga membuka jalan bagi kita untuk memahami dunia dari sudut pandang orang lain, yang seringkali memperluas cara kita memandang suatu masalah. Ketika kita berusaha memahami perspektif berbeda, kita akan lebih kritis terhadap asumsi-asumsi awal kita.

Proses ini membuat kita lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan fleksibel dalam menyelesaikan masalah. Seperti yang dikatakan oleh Carl Rogers, “When I look at the world from your perspective, I understand you better.” (“Ketika saya melihat dunia dari perspektif Anda, saya lebih mengerti Anda“).

Empati berfungsi sebagai jembatan untuk memahami orang lain tanpa prasangka. Dalam mengambil keputusan, kita sering terjebak pada bias. Namun, ketika kita dilatih untuk berpikir dengan mempertimbangkan empati, bias dalam pengambilan keputusan cenderung berkurang.

Empati membantu kita melihat situasi secara lebih objektif, memahami faktor yang mempengaruhi orang lain, dan menilai situasi dari berbagai sudut. Inilah yang mendasari pentingnya empati dalam pengambilan keputusan yang kritis dan rasional.

***

Menjadi individu yang berpikir kritis tidak hanya tentang menjadi rasional, tetapi juga tentang memahami dunia dari perspektif yang berbeda. Empati dan interaksi sosial bukan hanya mengasah otak kita, tetapi juga membentuk bagaimana kita memandang dan memutuskan sesuatu.

Mari kita latih otak sosial kita untuk menjadi pemikir yang lebih kritis, terbuka, dan adil. Seperti kata Albert Einstein, “Peace cannot be kept by force; it can only be achieved by understanding.

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib

NB : Temukan juga artikel cerdas pengembangan diri lainnya disini.

Daftar Pustaka:

  1. “The Developmental Origins of the Social Brain: Empathy, Morality, and Justice”. (2018). Frontiers in Psychology. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01612
  2. “Advances in Social Cognitive and Affective Neuroscience”. (2023). Brain Sciences. https://doi.org/10.3390/brainsci13010102
  3. “Empathy and Its Role in Critical Thinking and Moral Decision Making”. (2014). International Journal of Social Sciences and Business. https://doi.org/10.1002/soc3.11002