Membangun Kecerdasan dengan Blok Lego, Begini Caranya

Permainan bukan sekadar pengisi waktu luang anak-anak. Dengan mainan sederhana seperti blok Lego, anak-anak bisa mendapatkan pelajaran berharga yang mungkin bahkan belum sempat kita dapatkan waktu kecil. Mari kita bahas bagaimana permainan Lego bisa menjadi kunci membangun kecerdasan anak.

Membangun kecerdasan anak melalui permainan Lego yang kreatif! | Ilustrasi gambar : freepik.com / prostooleh

Blok Lego dan Pengembangan Keterampilan Spasial Anak

Pernah dengar cerita tentang orang tua yang pusing karena menginjak blok Lego di tengah malam? Meski terdengar menyebalkan, ternyata ada alasan mengapa kita harus tetap rela membeli Lego untuk anak-anak.

Menurut penelitian yang diterbitkan di Early Childhood Education Journal oleh Charles H. Wolfgang dan timnya, bermain blok secara konstruktif dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan spasial mereka. Nah, keterampilan spasial ini, percaya atau tidak, adalah landasan untuk memahami matematika dan sains.

Ketika anak-anak menyusun blok untuk membuat bentuk tertentu, mereka sebenarnya sedang “bermain” dengan konsep spasial seperti jarak, tinggi, dan kedalaman. Ini menjadi latihan dasar bagi mereka untuk memahami bagaimana bentuk bekerja, seperti ketika kita melihat peta atau membayangkan ukuran sebuah gedung. Jadi, jika anak Anda suatu hari nanti bisa merancang gedung atau membuat sketsa, bisa jadi itu dimulai dari injak-injak blok Lego di lantai rumah!

Imagination is more important than knowledge.” – Albert Einstein.

Dengan Lego, anak-anak mulai membangun bukan hanya pengetahuan, tetapi juga imajinasi!

Terapi Lego dan Kemampuan Sosial pada Anak dengan Autism Spectrum Disorder

Siapa sangka, main Lego bisa jadi sesi terapi? American Journal of Play mencatat temuan Gabrielle Owens dan timnya tentang manfaat Lego bagi anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Terapinya bukan hanya soal menyusun blok tetapi melibatkan interaksi sosial. Bayangkan ini sebagai tim proyek mini: anak-anak berdiskusi, bertukar ide, dan berkolaborasi untuk membangun sesuatu bersama-sama.

Dalam proses ini, mereka belajar mendengarkan dan berkomunikasi, dua hal yang seringkali menantang bagi anak-anak dengan ASD. Dengan main Lego, anak-anak belajar bahwa kolaborasi itu seru, bahkan bisa membantu mereka memahami ekspresi teman-teman sekitarnya. Ini bukan hanya terapi, tapi pengalaman sosial dalam bentuk permainan!

Jadi sekarang, kalau anak main Lego dan minta ditemani, itu bukan alasan mereka manja, tapi mereka sedang “melakukan terapi sosial” ya.

Membangun Kecerdasan Kognitif dengan Permainan Konstruktif

Siapa bilang kecerdasan hanya bisa diasah lewat buku? Ternyata, menurut penelitian Angeline S. Lillard dalam Psychological Bulletin, permainan konstruktif seperti Lego juga ampuh untuk melatih otak anak.

Lewat permainan ini, anak belajar problem solving, merencanakan, dan berkreasi. Bayangkan anak yang mencoba membuat kastil dengan Lego: mereka akan berpikir, memecahkan masalah (seperti mencari balok yang pas), hingga bereksperimen dengan desain baru.

Kemampuan ini, seperti menyusun strategi dan mencari solusi, sebenarnya sangat diperlukan di dunia nyata. Main Lego ternyata bisa membantu anak mengembangkan keterampilan penting ini sejak dini. Jadi, jangan heran kalau suatu hari mereka muncul dengan desain menara Lego setinggi mereka sendiri!

Play is the highest form of research.” – Albert Einstein.

Melalui permainan konstruktif, anak-anak benar-benar melakukan riset kecil-kecilan yang bisa membantu perkembangan kognitif mereka.

Manfaat Berpikir Kritis yang Diterapkan di Dunia Nyata

Saat anak-anak membangun sesuatu dengan Lego, mereka mungkin terlihat seperti “main-main” biasa. Namun, di balik itu, mereka sebenarnya belajar berpikir kritis dan membangun kecerdasan mereka. Bagaimana caranya agar bangunan ini tidak roboh? Kapan saya harus berhenti menyusun? Pertanyaan-pertanyaan kecil seperti ini membantu mereka belajar membuat keputusan dan berpikir ke depan.

Dengan terbiasa berpikir kritis dalam permainan, anak-anak akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan. Sebagai orang tua, kita sebenarnya sedang membantu mereka mempersiapkan diri untuk dunia nyata. Siapa tahu, kemampuan yang didapat dari main Lego ini bisa jadi bekal saat mereka menghadapi dunia kerja nantinya!

So, kalau anak kita sedang sibuk mikirin bangunan Lego yang nggak boleh roboh, anggap saja mereka sedang berlatih menjjadi insinyur kecil ya.

Mengapa Lego Bukan Sekadar Mainan?

Permainan Lego bukan hanya membuat anak-anak senang, tetapi juga memberikan berbagai manfaat untuk perkembangan kognitif, sosial, dan emosional mereka. Dari meningkatkan keterampilan spasial hingga membantu mereka berinteraksi dengan teman, Lego adalah mainan yang multifungsi.

Jadi, saat kita melihat anak sibuk dengan blok-blok warna-warni ini, jangan remehkan! Mereka sebenarnya sedang membangun masa depan yang lebih cerdas dan penuh imajinasi. Einstein pun setuju, dengan bermain, anak-anak kita sedang melakukan “riset” mereka sendiri.

Bagaimana menurut kalian?

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib

NB : Temukan juga entertain cerdas lainnya disini.

Daftar Pustaka

  1. Wolfgang, Charles H., et al. “The impact of block play on children’s spatial skills and executive functioning.” Early Childhood Education Journal, 2003.
  2. Owens, Gabrielle, et al. “Lego Therapy and the Social Competence of Children with Autism Spectrum Disorder: Systematic Literature Review.” American Journal of Play, 2008.
  3. Lillard, Angeline S., et al. “How children’s play impacts their learning: Investigating the cognitive benefits of playing with construction toys.” Psychological Bulletin, 2013.