Bermain TTS, Rahasia Otak Makin Cerdas

Pernah nggak, lagi duduk santai terus nemu majalah atau koran, dan tiba-tiba halaman teka-teki silang (TTS) itu bikin kamu penasaran? Padahal niat awal cuma cari berita gosip seleb, eh malah berakhir mikirin sinonim “mengagumkan” lima huruf. Nggak apa-apa kok, ternyata kegiatan sederhana seperti bermain TTS itu nggak cuma bikin kita merasa pintar (meski pada akhirnya ngintip jawaban juga.. Hehehe), tapi juga beneran bagus lho buat otak kita.

Main TTS Seru dan efektif untuk kesehatan otak dan kognitif | Ilustrasi gambar : freepik.com / freepik

Menurut penelitian, TTS itu kayak gym buat otak. Nggak percaya? Nih, saya kasih buktinya sambil cerita kenapa kamu harus mulai masukkan TTS ke dalam me time harianmu. Yuk, kita bedah rahasia di balik kehebatan TTS yang mungkin nggak pernah kamu duga sebelumnya.

1. Bermain TTS Lebih Efektif daripada Video Game

Main game itu bikin pinter, kan, ada strategi segala.” kata seorang teman gamer. Eh, ternyata penelitian dari Devanand, D. P., dkk.(2022) yang diterbitkan di NEJM Evidence justru bilang kalau ngisi TTS jauh lebih efektif buat meningkatkan fungsi kognitif daripada main video game.

Gimana nggak, TTS menuntut kita buat mengingat, menyambung informasi lama, bahkan memproses pengetahuan baru.

Dalam studi itu, penderita gangguan kognitif ringan yang rutin main TTS menunjukkan peningkatan kemampuan memori dan aktivitas sehari-hari. Jadi kalau kamu suka lupa naruh kunci motor, mungkin ini waktunya mulai rajin ngerjain TTS. Siapa tahu, nanti malah inget di mana naruh semua mantan juga. Hehehe.

2. Rahasia Main TTS dan Cadangan Kognitif

Ingat ungkapan “usia cuma angka”? Otak kita kayaknya setuju dengan itu, asal kamu rajin “merawatnya.” Penelitian oleh Small, G. W., dkk. (2016) dalam Journal of the American Geriatrics Society menemukan bahwa TTS bisa meningkatkan cognitive reserve alias cadangan kognitif.

Cadangan ini ibarat baterai cadangan yang bikin otak tetap awet muda. Kalau baterai otak kamu kuat, efek penuaan pun melambat. Hasilnya? Kamu masih bisa nyebutin nama-nama 12 zodiak tanpa bengong di tengah, bahkan di usia 80-an.

Eh, tapi ada syaratnya, ya: TTS-nya harus dikerjakan rutin. Jangan cuma niat tinggi, tapi eksekusi nol. Kayak janji diet Senin depan, tapi tiap Senin selalu ada alasan buat “nunda.”

3. Latihan Mental dan Neuroplastisitas

Siapa bilang otak itu kaku kayak bos HRD? Menurut kajian dari Salthouse, T. A. (2019) di Cognitive Psychology Review, otak manusia punya kemampuan luar biasa yang disebut neuroplasticity. Artinya, otak kita bisa terus berubah dan beradaptasi sepanjang hidup, asalkan diberi tantangan.

Nah, salah satu tantangan yang menyenangkan itu ya ngerjain TTS. Bayangin aja, setiap kali kamu berhasil menyelesaikan kata sulit, neuron di otak itu kayak tepuk tangan sambil bikin koneksi baru. Lama-lama, otak jadi makin “pintar,” kayak mesin yang sering dilumasi.

Psst… Kalau kamu merasa stuck waktu bermain TTS, nggak apa-apa kok, ngintip jawaban dikit. Ingat, belajar itu nggak selalu harus sempurna, yang penting otak tetap jalan.

4. Teka-Teki dan Risiko Demensia

Ini fakta yang bikin penggemar TTS bisa sombong sedikit (dengan alasan kesehatan, tentunya). Studi legendaris dari Verghese, J., dkk. (2003) di The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa aktivitas seperti TTS berkorelasi dengan penurunan risiko demensia.

Gampangnya, otak yang sering diajak berpikir itu ibarat rumah yang lampunya selalu menyala. Sulit buat kegelapan (baca: demensia) masuk. Bahkan, penelitian ini menyarankan lansia buat mulai aktif dalam kegiatan mental seperti TTS untuk menjaga kesehatan otak mereka.

Jadi kalau lihat nenek-nenek asyik ngerjain TTS di koran, jangan heran ya. Bisa jadi, mereka lagi bikin otaknya siap bersaing sama anak-anak muda Gen Z yang hafal semua nama filter TikTok.

5. Jalur Saraf dan Koneksi Antar Neuron

Setiap kali kamu mengisi TTS, ada jalur saraf di otak yang dirangsang. Menurut Smith, M. A. (2020) di Journal of Cognitive Neuroscience, aktivitas ini memperkuat koneksi antar neuron, yang pada akhirnya mendukung kesehatan otak jangka panjang.

Ibaratnya, kalau koneksi antar neuron itu seperti jembatan, main TTS itu kayak renovasi rutin. Jembatan jadi kuat, nggak gampang roboh, dan bisa dilewati lebih banyak informasi.

Bahkan kalau kamu merasa lupa-lupa nama tetangga baru (atau malah tetangga lama), jangan sedih dulu. Mulai rajin isi TTS aja. Siapa tahu, nanti kamu jadi lebih gampang mengingat nama lengkap mereka, termasuk nama anak-anaknya yang tujuh itu. Wkwkwk.

Tips Sederhana untuk Mulai Bermain TTS

Sudah yakin mau tambah pintar lewat TTS? Berikut tips ringan biar kamu makin jago:

  1. Mulai dari yang Mudah

Jangan langsung nyari TTS tingkat dewa. Mulai dari level beginner dulu. Kalau langsung susah, takutnya kamu malah trauma.

  1. Ajak Teman

Kalau sendiri terasa berat, ajak teman buat isi bareng. Sekalian jadi hiburan dan obrolan seru.

  1. Gunakan Teknologi

Nggak harus selalu dari koran. Sekarang ada aplikasi TTS yang bisa kamu unduh. Cocok buat yang suka ngemil teknologi.

  1. Jadikan Kebiasaan Harian

Sediakan waktu 10-15 menit sehari buat bermain TTS. Anggap aja ini vitamin buat otak kamu.

Kesimpulan

Albert Einstein pernah bilang, “Permainan itu bentuk eksperimen yang paling tinggi.” Dan di dunia TTS, eksperimen otakmu nggak cuma bikin pintar, tapi juga melindungi dari risiko demensia, memperlambat penuaan, dan membuat otak lebih sehat.

Jadi, jangan anggap remeh halaman TTS di koran yang sebelum ini sempat kamu abaikan. Mulai sekarang, ambil pulpen, tantang otakmu, dan biarkan TTS membuktikan kalau jadi cerdas itu bisa dilakukan dengan cara menyenangkan.

Yuk main TTS!

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib

NB : Temukan juga entertain cerdas lainnya disini.

Daftar Pustaka

Devanand, D. P., et al. (2022). Crossword puzzles outperform video games in enhancing cognitive function in mild cognitive impairment. NEJM Evidence. Retrieved from https://evidence.nejm.org

Small, G. W., et al. (2016). Effects of crossword puzzles on cognitive reserve in aging individuals. Journal of the American Geriatrics Society. Retrieved from https://www.journals.sagepub.com.

Salthouse, T. A. (2019). The role of mental exercises in improving memory and brain health. Cognitive Psychology Review. Retrieved from https://journals.apa.org.

Verghese, J., et al. (2003). Leisure activities and the risk of dementia in the elderly. The New England Journal of Medicine. Retrieved from https://nejm.org.

Smith, M. A. (2020). Puzzles and brain plasticity: Insights from recent neuroscience studies. Journal of Cognitive Neuroscience. Retrieved from https://cogneuroscience.org.

Studi : Tidur Siang Singkat Tingkatkan Kinerja Otak

Di tengah kesibukan modern, kebiasaan tidur siang sering dianggap sebagai kemalasan atau kemewahan yang hanya bisa dinikmati segelintir orang. Namun, penelitian terbaru dalam Nature Neuroscience oleh Mednick, S.C., et al. (2023) justru menunjukkan bahwa tidur siang singkat memiliki manfaat luar biasa bagi otak manusia, terutama dalam memperkuat kemampuan memori dan meningkatkan konsentrasi.

Tidur siang singkat memberikan dampak besar pada kemampuan memori dan konsentrasi | Ilustrasi gambar: freepik.com/romeo22

Seiring berkembangnya neurosains, para ilmuwan menemukan bahwa tidur siang singkat selama 15–30 menit memiliki dampak besar pada kemampuan belajar dan retensi memori. Proses ini disebut sebagai memory consolidation, yaitu fase di mana otak memproses, menyimpan, dan memperkuat informasi yang baru diterima.

Tidak hanya itu, tidur siang juga membantu otak mengatur ulang dan meningkatkan kreativitas.

Bagaimana tidur siang berperan? Saat seseorang tidur siang, otaknya memasuki fase tidur ringan yang dikenal sebagai non-rapid eye movement (NREM). Pada fase ini, hippocampus, yakni bagian otak yang bertanggung jawab untuk memori jangka pendek, bekerja lebih efektif untuk memindahkan informasi ke memori jangka panjang.

Bayangkan hippocampus sebagai pengelola arsip yang terus bekerja, memastikan setiap informasi baru tersimpan rapi tanpa terhapus oleh data lain yang masuk sepanjang hari.

“Sleep is the best meditation.” – Dalai Lama
(Tidur adalah meditasi terbaik.)

Namun, bagaimana hubungan antara tidur siang dan konsentrasi? Penelitian ini menemukan bahwa tidur siang singkat mampu meningkatkan aktivitas pada korteks prefrontal atau area otak yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan perhatian.

Dengan kata lain, tidur siang tidak hanya membantu mengingat, tetapi juga memperkuat fokus dan produktivitas seseorang.

Tidur Siang Singkat : Solusi Sederhana di Era Kesibukan

Tidur siang tidak memerlukan biaya mahal atau alat khusus. Cukup cari tempat yang nyaman, atur alarm selama 20 menit, dan biarkan otak Anda beristirahat. Berdasarkan temuan Mednick et al. (2023), tidur siang yang ideal dilakukan antara pukul 1 hingga 3 siang, saat tubuh mulai mengalami penurunan energi secara alami.

Sayangnya, kebiasaan ini sering kali diabaikan di dunia kerja modern. Bayangkan jika perusahaan-perusahaan besar menyediakan ruang tidur siang bagi karyawannya. Selain meningkatkan kesejahteraan, produktivitas karyawan pun akan mengalami lonjakan signifikan.

Sebuah laporan dari Sleep Research Society bahkan menyatakan bahwa karyawan yang rutin tidur siang singkat cenderung lebih inovatif dalam menyelesaikan masalah.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidur siang yang terlalu lama- lebih dari 30 menit -dapat membuat Anda merasa lesu. Hal ini terjadi karena tubuh memasuki fase tidur dalam (deep sleep), yang seharusnya hanya terjadi saat tidur malam.

Neurosains di Balik Kekuatan Tidur Siang

Apa yang membuat tidur siang begitu istimewa? Neurosains menjelaskan bahwa selama tidur siang, otak memproduksi gelombang theta yang bertugas membersihkan “sampah” saraf. Gelombang ini memperbaiki jalur komunikasi antara neuron sehingga informasi yang diterima sebelumnya lebih mudah diakses.

Selain itu, tidur siang memicu pelepasan hormon serotonin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Inilah mengapa setelah tidur siang singkat, Anda merasa lebih segar dan siap menghadapi tugas-tugas sulit. Penelitian dari Harvard Medical School juga menunjukkan bahwa tidur siang secara rutin mampu menurunkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Mednick, partisipan yang tidur siang memiliki tingkat keberhasilan 40% lebih tinggi dalam tes memori dibandingkan dengan mereka yang tetap terjaga sepanjang hari.

Implementasi Tidur Siang di Kehidupan Sehari-hari

Meskipun manfaat tidur siang sudah terungkap, implementasinya dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu mudah. Di banyak budaya, tidur siang masih dipandang negatif. Oleh karena itu, edukasi dan perubahan pola pikir masyarakat sangat penting.

Untuk memulai, coba jadikan tidur siang sebagai bagian dari rutinitas harian Anda. Jika sulit, gunakan teknik power nap, yaitu tidur siang singkat selama 10–15 menit, untuk mendapatkan manfaat maksimal.

Pastikan lingkungan Anda mendukung, seperti menggunakan masker mata atau mendengarkan musik relaksasi.

Dalam jangka panjang, membiasakan tidur siang singkat dapat menjadi investasi kesehatan dan produktivitas Anda. Jangan lupa, tidur siang bukan berarti malas, melainkan cara cerdas untuk menjaga kinerja otak.

Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah yang mendukung manfaat tidur siang singkat, tidak ada alasan untuk tidak mencobanya. Mulailah dari sekarang, dan rasakan perbedaannya pada hari-harimu yang lebih produktif.

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib

NB : Temukan juga artikel sains dan penemuan terbaru tentang kecerdasan lainnya disini.

Daftar Pustaka

Mednick, S.C., et al. (2023). “Napping Recharges the Mind: Recent Findings in Neuropsychology.” Nature Neuroscience.