Pernah nggak, lagi duduk santai terus nemu majalah atau koran, dan tiba-tiba halaman teka-teki silang (TTS) itu bikin kamu penasaran? Padahal niat awal cuma cari berita gosip seleb, eh malah berakhir mikirin sinonim “mengagumkan” lima huruf. Nggak apa-apa kok, ternyata kegiatan sederhana seperti bermain TTS itu nggak cuma bikin kita merasa pintar (meski pada akhirnya ngintip jawaban juga.. Hehehe), tapi juga beneran bagus lho buat otak kita.
Menurut penelitian, TTS itu kayak gym buat otak. Nggak percaya? Nih, saya kasih buktinya sambil cerita kenapa kamu harus mulai masukkan TTS ke dalam me time harianmu. Yuk, kita bedah rahasia di balik kehebatan TTS yang mungkin nggak pernah kamu duga sebelumnya.
1. Bermain TTS Lebih Efektif daripada Video Game
“Main game itu bikin pinter, kan, ada strategi segala.” kata seorang teman gamer. Eh, ternyata penelitian dari Devanand, D. P., dkk.(2022) yang diterbitkan di NEJM Evidence justru bilang kalau ngisi TTS jauh lebih efektif buat meningkatkan fungsi kognitif daripada main video game.
Gimana nggak, TTS menuntut kita buat mengingat, menyambung informasi lama, bahkan memproses pengetahuan baru.
Dalam studi itu, penderita gangguan kognitif ringan yang rutin main TTS menunjukkan peningkatan kemampuan memori dan aktivitas sehari-hari. Jadi kalau kamu suka lupa naruh kunci motor, mungkin ini waktunya mulai rajin ngerjain TTS. Siapa tahu, nanti malah inget di mana naruh semua mantan juga. Hehehe.
2. Rahasia Main TTS dan Cadangan Kognitif
Ingat ungkapan “usia cuma angka”? Otak kita kayaknya setuju dengan itu, asal kamu rajin “merawatnya.” Penelitian oleh Small, G. W., dkk. (2016) dalam Journal of the American Geriatrics Society menemukan bahwa TTS bisa meningkatkan cognitive reserve alias cadangan kognitif.
Cadangan ini ibarat baterai cadangan yang bikin otak tetap awet muda. Kalau baterai otak kamu kuat, efek penuaan pun melambat. Hasilnya? Kamu masih bisa nyebutin nama-nama 12 zodiak tanpa bengong di tengah, bahkan di usia 80-an.
Eh, tapi ada syaratnya, ya: TTS-nya harus dikerjakan rutin. Jangan cuma niat tinggi, tapi eksekusi nol. Kayak janji diet Senin depan, tapi tiap Senin selalu ada alasan buat “nunda.”
3. Latihan Mental dan Neuroplastisitas
Siapa bilang otak itu kaku kayak bos HRD? Menurut kajian dari Salthouse, T. A. (2019) di Cognitive Psychology Review, otak manusia punya kemampuan luar biasa yang disebut neuroplasticity. Artinya, otak kita bisa terus berubah dan beradaptasi sepanjang hidup, asalkan diberi tantangan.
Nah, salah satu tantangan yang menyenangkan itu ya ngerjain TTS. Bayangin aja, setiap kali kamu berhasil menyelesaikan kata sulit, neuron di otak itu kayak tepuk tangan sambil bikin koneksi baru. Lama-lama, otak jadi makin “pintar,” kayak mesin yang sering dilumasi.
Psst… Kalau kamu merasa stuck waktu bermain TTS, nggak apa-apa kok, ngintip jawaban dikit. Ingat, belajar itu nggak selalu harus sempurna, yang penting otak tetap jalan.
4. Teka-Teki dan Risiko Demensia
Ini fakta yang bikin penggemar TTS bisa sombong sedikit (dengan alasan kesehatan, tentunya). Studi legendaris dari Verghese, J., dkk. (2003) di The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa aktivitas seperti TTS berkorelasi dengan penurunan risiko demensia.
Gampangnya, otak yang sering diajak berpikir itu ibarat rumah yang lampunya selalu menyala. Sulit buat kegelapan (baca: demensia) masuk. Bahkan, penelitian ini menyarankan lansia buat mulai aktif dalam kegiatan mental seperti TTS untuk menjaga kesehatan otak mereka.
Jadi kalau lihat nenek-nenek asyik ngerjain TTS di koran, jangan heran ya. Bisa jadi, mereka lagi bikin otaknya siap bersaing sama anak-anak muda Gen Z yang hafal semua nama filter TikTok.
5. Jalur Saraf dan Koneksi Antar Neuron
Setiap kali kamu mengisi TTS, ada jalur saraf di otak yang dirangsang. Menurut Smith, M. A. (2020) di Journal of Cognitive Neuroscience, aktivitas ini memperkuat koneksi antar neuron, yang pada akhirnya mendukung kesehatan otak jangka panjang.
Ibaratnya, kalau koneksi antar neuron itu seperti jembatan, main TTS itu kayak renovasi rutin. Jembatan jadi kuat, nggak gampang roboh, dan bisa dilewati lebih banyak informasi.
Bahkan kalau kamu merasa lupa-lupa nama tetangga baru (atau malah tetangga lama), jangan sedih dulu. Mulai rajin isi TTS aja. Siapa tahu, nanti kamu jadi lebih gampang mengingat nama lengkap mereka, termasuk nama anak-anaknya yang tujuh itu. Wkwkwk.
Tips Sederhana untuk Mulai Bermain TTS
Sudah yakin mau tambah pintar lewat TTS? Berikut tips ringan biar kamu makin jago:
- Mulai dari yang Mudah
Jangan langsung nyari TTS tingkat dewa. Mulai dari level beginner dulu. Kalau langsung susah, takutnya kamu malah trauma.
- Ajak Teman
Kalau sendiri terasa berat, ajak teman buat isi bareng. Sekalian jadi hiburan dan obrolan seru.
- Gunakan Teknologi
Nggak harus selalu dari koran. Sekarang ada aplikasi TTS yang bisa kamu unduh. Cocok buat yang suka ngemil teknologi.
- Jadikan Kebiasaan Harian
Sediakan waktu 10-15 menit sehari buat bermain TTS. Anggap aja ini vitamin buat otak kamu.
Kesimpulan
Albert Einstein pernah bilang, “Permainan itu bentuk eksperimen yang paling tinggi.” Dan di dunia TTS, eksperimen otakmu nggak cuma bikin pintar, tapi juga melindungi dari risiko demensia, memperlambat penuaan, dan membuat otak lebih sehat.
Jadi, jangan anggap remeh halaman TTS di koran yang sebelum ini sempat kamu abaikan. Mulai sekarang, ambil pulpen, tantang otakmu, dan biarkan TTS membuktikan kalau jadi cerdas itu bisa dilakukan dengan cara menyenangkan.
Yuk main TTS!
Maturnuwun,
Agil Septiyan Habib
NB : Temukan juga entertain cerdas lainnya disini.
Daftar Pustaka
Devanand, D. P., et al. (2022). Crossword puzzles outperform video games in enhancing cognitive function in mild cognitive impairment. NEJM Evidence. Retrieved from https://evidence.nejm.org
Small, G. W., et al. (2016). Effects of crossword puzzles on cognitive reserve in aging individuals. Journal of the American Geriatrics Society. Retrieved from https://www.journals.sagepub.com.
Salthouse, T. A. (2019). The role of mental exercises in improving memory and brain health. Cognitive Psychology Review. Retrieved from https://journals.apa.org.
Verghese, J., et al. (2003). Leisure activities and the risk of dementia in the elderly. The New England Journal of Medicine. Retrieved from https://nejm.org.
Smith, M. A. (2020). Puzzles and brain plasticity: Insights from recent neuroscience studies. Journal of Cognitive Neuroscience. Retrieved from https://cogneuroscience.org.