Buat apa sih repot-repot bikin rencana produksi? Lagian, produk usaha saya cuma satu jenis saja kok, memangnya masih perlu ya dibuatkan rencana produksinya ?
Jangan-jangan pemikiran seperti itu yang kini melayang di benak Anda. Betul?
Sah-sah saja anggapan seperti itu muncul karena pada umumnya memang rencana produksi dibuatkan untuk mendapatkan titik ideal aktivitas operasional dari beberapa item produk yang menunggu untuk dikerjakan.
Hanya saja perlu kita ingat disini bahwa rencana produksi bukanlah semata tentang banyak atau sedikitnya produk, melainkan tentang bagaimana sebuah proses produksi harus berjalan secara efisien dan tepat waktu.
Katakanlah setiap hari usaha yang Anda miliki mendapatkan pesanan dari konsumen sejumlah sekitar 10 unit produk. Apakah Anda akan melakukan produksi secara rutin setiap hari sejumlah 10 unit padahal kapasitas peralatan yang Anda punya untuk menghasilkan produk bisa mencapai 100 unit per hari?
Perencanaan produksi akan sangat membantu kita dalam memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki agar optimal dalam penggunaan. Dengan begitu maka utilisasinya akan meningkat, efisiensi membaik, produktivitas bertambah, hingga biaya operasional pun bisa ditekan.
Ujung-ujungnya akan berdampak pada perolehan profit usaha. Karena seiring makin kecilnya cost operasional hal itu akan secara langsung meningkatkan profit usaha yang didapat. Right ?
Memetakan Permintaan
Salah satu hal yang paling sukar dipastikan dalam jalannya sebuah bisnis adalah permintaan pelanggan. Adakalanya permintaan tinggi, tapi tidak jarang nihil.
Bagaimanapun juga peran tim pemasaran sangatlah penting untuk menjaga kontinyuitas permintaan produk dari bisnis yang kita miliki, terlepas peran pemasaran tersebut kita lakukan sendiri ataupun ada tim khusus yang mengeksekusinya.
Beberapa produk yang tidak memungkinkan untuk diberlakukan sistem stok karena risikonya yang tinggi tentu harus dibarengi dengan rencana produksi yang selaras dengan hal itu. Begitupun sebaliknya manakala kita memiliki produk yang tingkat kontinyuitas permintaannya tinggi sehingga ada kesan “haram” untuk terjadi kekosongan stok.
Karakteristik permintaan semacam inilah yang perlu dipetakan agar aktivitas operasional bisa turut menyesuaian. Dengan kata lain, rencana produksi seperti apa yang akan dijalankan sangat bergantung pada hasil pemetaan yang kita lakukan terhadap karakteristik permintaan produk kita.
Sekadar informasi, ada beberapa karakteristik permintaan seperti Make to Stock (MTS), Make to Order (MTO), Assembly to Order (ATO), hingga Engineer to Order (ETO). Anda bisa menemukan banyak referensi terkait hal ini dan sekaligus menjadi wawasan berharga dalam mengelola rencana produksi operasional bisnis Anda kedepan.
Efisiensi dan Delivery
Efisiensi terkadang sering diabaikan oleh para pelaku usaha yang masih berkutat dengan upaya meningkatkan penjualan. Tidak peduli lini operasional babak belur asalkan bisa memenuhi sebanyak mungkin permintaan. Mendapatkan sebanyak mungkin penjualan.
Sehingga tidak sedikit dari pelaku bisnis itu yang terjebak pada kebiasaan tahu bulat. Yakni serba dadakan. Jikalau segala atribut penunjang siap mungkin tidak jadi soal, karena ketika ada permintaan tinggal langsung eksekusi.
Namun, ketika tidak ada persiapan samasekali maka proses pemenuhannya akan berlangsung lebih lama dan lebih panjang karena harus memulai semuanya dari nol.
Jadi, apakah semuanya mesti terencana dan tidak boleh ada permintaan secara mendadak? Tentu tidak seperti itu. Bagaimanapun juga permintaan dari konsumen adalah yang paling utama dan terpenting untuk menunjang eksistensi sebuah bisnis.
Keberadaan rencana produksi justru untuk meringankan beban itu. Mengupayakan setiap permintaan terpenuhi sesuai waktu yang diminta (on time delivery), namun disisi lain juga menjaga agar beban biaya tidak sampai boncos gegara operasional yang tidak efisien.
Dengan kata lain, rencana produksi tetap diperlukan biarpun sebuah bisnis hanya memiliki satu jenis produk saja. Harapannya adalah setiap permintaan dapat terpenuhi tepat waktu dengan biaya yang seefisien mungkin.
Bukankah itu akan baik untuk bisnis?
Maturnuwun.
Agil Septiyan Habib