Kapan-kapan Perbaikan Jalan di Satu Sudut Tangerang

Malam hari ba’da maghrib atau isya’ saya biasanya pergi ke pasar untuk memberi beberapa barang kebutuhan untuk berjualan sekaligus untuk menyiapkan hidangan masak esok hari. Di waktu tersebut, hingar bingar pasar memang tidak seramai saat pagi, tetapi paling tidak untu beberapa barang kebutuhan masih dapat saya peroleh.

Dibutuhkan waktu sekitar 60 menit sedari berangkat, menjelajah pasar, hingga balik lagi ke rumah. Terkecuali kondisi jalanan sedang macet parah. Namun itu jarang. Sesekali mungkin ada yang ngebut dijalanan dan coba saya acuhkan, meski terkadang saya berpikir kenapa orang-orang ini terlihat begitu buru-buru saat berkendara. Kebelet pipis kah? Mules kah? Atau takut telat sampai rumah?

Memang, berkendara santai menawarkan kenikmatan tersendiri untuk menikmati perjalanan. Walaupun terkadang suasana ngantuk melanda seiring angin sepo-sepoi yang menyapu mata.

Selama bertahun-tahun mengarungi jalanan, beberapa hal yang kerapkali menjadi penghalang kenyamanan berkendara diantaranya adalah kendaraan mogok, pohon tumbang, atau saat dilakukan perbaikan jalan.

Kalau untuk kendaraan mogok dan pohon tumbang biasanya kurang dari satu hari sudah selesai. Berbeda halnya dengan perbaikan jalan yang bisa menelan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu lamanya.

Selama masa perbaikan dilakukan, macet adalah rutinitas yang tak terhindarkan. Membuat siapapun yang melintas harus mengalokasikan waktu ekstra. Entah itu berangkat lebih awal, mencari rute alternatif, atau memacu kendaraan lebih cepat daripada biasanya.

Perbaikan jalan tentu bukan hambatan yang patut disalahkan karena hal itu merupakan bagian dari upaya menciptakan kenyamanan berkendara. Menyiapkan rute perjalanan yang aman untuk dilalui.

Hanya saja, perbaikan jalan terkadang memiliki sisi misteriusnya sendiri. Sukar diprediksi kapan hal itu terjadi. Bahkan ditengah situasi jalanan yang rusak parah sekalipun masih belum bisa dipastikan proses perbaikan akan dilakukan. Seperti suka-suka yang punya kuasa saja kapan mau berbenah.

Contohnya Jalan Raya di Daerah Saya.

Jalanan di dekat rumah saya yang menghubungkan akses menuju pasar kondisinya saat ini bisa dibilang cukup memprihatinkan. Retak di sana-sini, berlubang, dan membuat para pengendara yang melintas diatasnya seperti menaiki roller coaster.

Apalagi ketika kendaraan yang ditumpangi shokbreaker-nya mati seperti sepeda motor saya. Suaranya terdengar menyakitkan kalau kebablasan memacu kendaraan dengan kecepatan berlebihan. Syukur-syukur kalau tidak makin bobrok itu kendaraan.

Kondisi jalanan yang penuh retakan | Sumber gambar : dokpri

Padahal, sekitar 5 tahunan lalu kondisi jalanan disana bisa dibilang masih baik-baik saja. Kalaupun ada yang rusak hal itu bisa dimaklumi. Minor. Namun, belakangan saya tidak habis pikir dengan kondisinya yang makin memprihatinkan. Apalagi setiap jam 10 atau 11 malam keatas kendaraan berat seperti truk pengangkut pasir, batu, dan tanah beriring-iringan lewat tanpa merasa bersalah samasekali.

Sebenarnya saya, pun orang-orang disana, memaklumi kalau ada kendaraan model apapun melewati jalanan. Hanya saja kok pemerintah setempat tidak ada peka-pekanya ketika kendaraan besar yang melintas itu adalah aktor utama penghancur jalanan kami.

Mentang-mentang kami ada di pinggiran sehingga bisa diabaikan begitu sajakah? Atau karena alasan klise lainnya?

Tapi kok saya tidak percaya bahwa anggaran adalah masalah utama. Paling-paling urusan birokrasi prosedural yang dikumandangkan lagi. Atau nunggu ada pejabat yang teriak dan membawa persoalan tersebut ke permukaan baru semua segera dikerjakan.

Sebagai rakyat awam, saya beranggapan bahwa semestinya para petugas publik itu melakukan pemantauan berkala terkait bagaimana kondisi sarana dan prasarana bagi masyarakatnya. Bukan cuma datang menyapa ketika menjelang pilkada saja. Mmmhhh, tunggu dulu, tapi bahkan menjelang pilkada seperti skearang pun sepertinya tidak ada atensi apapun untuk perbaikan kondisi jalanan di daerah kami.

Lantas Kita sebagai Masyarakat Harus Bagaimana?

Oh iya, saya lupa. Lokasinya ternyata belum saya sebutkan. Jalanan yang rusak itu ada di wilayah Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten. Tepatnya di sekitaran Polsek Cisoka dekat pasar dan jalanan menuju Kecamatan Solear.

Mungkin bapak ibu pejabat yang terhormat dari pemerintah setempat sudah tahu lokasi tersebut. Atau perlu saya lampirkan juga google map untuk mengecek lokasi? Tidak perlu lah sepertinya.

Saya juga sengaja merekam video ‘penampakan’ kondisi jalanan yang rusak tersebut. Saya hanya menyorot sebagian kondisi jalan saja, dan itupun bukan yang paling parah kondisinya. Mungkin panjenangan yang berwenang bisa melihat langsung saja ke lokasi dan segera melakukan langkah eksekusi tanpa basi basi ataupun asumsi dan terlebih alibi.

Semoga keluhan ini bisa mendapatkan perhatian yang sepadan.

Maturnuwun,

Agil Septiyan Habib